-PART 7- “Can’t Believe It“

Tittle : “Can’t Believe It“ (Part 7)

Image

Author : Bella Muliawaty

Genre : School Life

Main Cast :  Choi Minho a.k.a Minho – Choi Jin Ri a.k.a Sulli

Support Cast : Kim Kibum a.k.a Key | Baek Suzy a.k.a Suzy | Lee Taemin a.k.a Taemin

 

Summary : “Apa yang salah dengan diriku?? Apa yang mereka pikirkan tentangku?? Apa begitu menyedihkan terperangkap didunia ini??”

 

AUTHOR POV’S

“KEY??!!”

“KEY??!!”

“KEY??!!”

“Key??” panggil Sulli tapi sekelilingnya sunyi tak ada orang.

“Key, aku disini!” lanjutnya. Ia berjalan pelan masuk kedalam gudang.

“Key?? Kau dimana??”

Belum lama langkah Sulli berada ditengah ruangan itu, tiba-tiba-

“GREEEEBB!!”

Seseorang merangkul kasar tubuh Sulli dari belakang, menutup mulut Sulli menggunakan kain hitam tebal. Sulli yang shock, menjerit dan melawannya sekuat tenaga. Namun sayang, titik pandangan Sulli memudar karena terpengaruh bau yang menyengat dari kain hitam yang menutupi mulut dan hidungnya.

Sulli ambruk (?) diatas lantai bagaikan pohon yang roboh ditebang. Sulli dengan napas yang lemah masih sempat bisa mengenali suara langkah kaki mendekat kearahnya. Langkah itu berhenti tepat didepan wajahnya. Seorang siswa dengan celana panjang dan sepatu sport kini tengah jongkok dihadapannya. Dia namja, Sulli menebaknya. Selang beberapa waktu, sebelum Sulli terpengaruh lebih dalam lagi dengan bau yang menyengat itu, ia mendengar tiga patah kata tepat didepan daun telinganya.

“Maafkan aku, Sulli!”

Orang itu membuka paksa mulut Sulli, dan memasukan sejenis pil kedalam mulutnya. Sulli benar-benar terlihat seperti orang yang kehilangan nyawanya sekarang. Kaku seperti patung.

***

“CHOI SULLI!! SADARLAH!!”

“SULLI??!!!!!!”

“Maaf, kalian harus menunggu diluar..” ujar seorang wanita berpakaian putih polos dengan sebuah tanda pengenal yang terhias rapi dipakaiannya. Dr. Kwon Yuri.

“Selamatkan dia, Noona..” Pinta Minho pada wanita itu. Minho dan wanita yang disebutnya ‘Noona’ itu sudah saling mengenal.

“Aku akan berusaha.” Wanita itu segera masuk kedalam ruangan. Minho mengangguk, ada perasaan khawatir dan bersalah dalam dirinya karena melihat Sulli seperti itu.

“Andai saja, aku mengikutinya lebih awal..” gumam Minho, menahan kekesalan pada dirinya sendiri.

“Eotteokkhae?? Sulli-ah.. hiks.. hiks..” Luna menangis melihat keadaan Sulli yang terbaring lemah seperti tak bernyawa dan akan ditemani peralatan-peralatan menyeramkan didalam sana. Luna sangat tidak menyukai suntikan atau semacamnya. Membayangkan alat-alat itu menyentuh tubuh Sulli saja, ia tidak rela. Ia tidak ingin Sulli merasakan kesakitan sedikitpun.

Minho menepuk-nepuk pelan pundak Luna untuk menenangkannya dan mengatakan Sulli akan baik-baik saja.

“Hyung!!!” Taemin berlari dari arah depan menghampiri Minho dan Luna.

“Maaf, aku baru membaca pesanmu. Apa yang terjadi dengan Sulli??” tanya Taemin ikut merasa khawatir.

“Aku tidak tahu. Aku menemukannya didalam gudang sendirian.”

“Apa dia pingsan??” Taemin bertanya lagi.

“Entahlah.. dia terbaring kaku dilantai dan aku hanya menemukan ini..” Minho menyerahkan botol minuman bersoda pada Taemin.

“Ini.. bau alkohol.”

“MWO??” Minho terkejut melihat botol yang digenggam Taemin.

“Hyung, apa benar-benar tidak ada orang disana?”

Minho mengangguk..

“Ini aneh! Tidak mungkin Sulli seperti itu!”

“Eoh, aku tahu itu! Ada yang janggal disini.” Minho menambahi.

“Apa mungkin, ada yang sengaja melakukan ini pada Sulli??” pertanyaan Taemin menghentikan tangisan Luna. “Tapi, siapa??” lanjut taemin. Luna dengan cepat menghapus air matanya.

“Aku tahu harus bertanya pada siapa!” Luna bergegas pergi tapi Minho mencegahnya.

“Kau mau kemana?”

“Kemana lagi? Apa aku harus mengatakannya?? Kau sudah tahu maksudku!”

“Apa kau punya bukti? Kau hanya akan mempermalukan dirimu sendiri kalau kau pergi kesana!” Ucap Minho.

“Bukankah buktinya sudah ada?? Kau bisa lihat sendiri, kan??” Luna mendorong tubuh Minho yang menghalangi jalannya.

“Jangan gegabah, Luna-ssi! Kita belum bisa memastikan kebenarannya.” Minho menahan tangan Luna.

“Apa kau berpihak pada mereka sekarang, eoh?? Kau lihat Sulli sekarang, apa dia terlihat baik-baik saja??!!!” Luna memarahi Minho.

“Tapi kalau kau pergi sekarang-“

“CUKUP!! Jangan halangi aku!!!!” Luna melepaskan tangan Minho yang memegang tangannya.

“DIA MEMBUTUHKANMU!!” Minho berteriak saat Luna membelakangi dan hendak pergi. Ucapan Minho membuat Luna menghentikan langkahnya.

“Sulli membutuhkanmu, Luna-ssi!!”

Luna tercengang mendengarnya. Minho benar, saat ini yang dibutuhkan Sulli adalah dirinya. Luna sudah berjanji akan selalu menjaga Sulli seperti adik kandungnya sendiri.

“Ah, sial!” Luna meremas-remas rambutnya. “Lihat saja, jika terjadi apa-apa pada Sulli, aku tidak akan membiakan mereka hidup dengan tenang!!” lirihnya lantang dalam satu napas.

“Panggilan Masuk”

“Yeoboseyo??” Minho menjawab panggilan masuk dari I-phone milik Sulli yang ia temukan digudang.

“Key??” ucap Minho saat mendengar jawaban dari seseorang diseberang telpon. Luna meminta Minho menyerahkan I-Phone itu padanya.

“YA! Kim Kibum! Eodiga, eoh?? Aku perlu bicara denganmu!” ucap Luna sambil menutup telponnya.

***

Didekat tempat parkiran..

“MWO?? Kau bilang kau tidak pergi menemui Sulli digudang??” Luna terkejut mendengar pengakuan Key.

“Aku benar-benar tidak menemuinya, aku berani bersumpah!”

“Lalu bagaimana kau bisa menjelaskan ini, eoh??” Luna memperlihatkan sebuah pesan singkat dari I-Phone milik Sulli sekitar 2 jam lebih yang lalu.

“Mwoya? Aku tidak pernah mengirimkan pesan ini untuknya.” Key mengatakan hal yang sebenarnya.

Luna menghembuskan napasnya. Ia membelakangi Key. “Aiisshhh.. sudah kuduga.” Ucapnya.

“Mereka benar-benar.. Auhh jinjjaaa..” Luna mengepalkan tangannya. “Aku sudah tidak tahan lagi. Akan kubunuh mereka semua!!” Luna ingin sekali pergi menemui Suzy dkk yang ia curigai telah melakukan semua ini pada Sulli. Tapi sekali lagi ia mencoba untuk mengurungkan niatnya itu sampai Sulli sadar.

“Tapi, Sulli kenapa?? Kenapa dia bisa masuk Rumah sakit??” tanya Key membuyarkan lamunan Luna.

“Ikut aku!” ucap Luna.

“KREEEKK”

Pintu salah satu kamar yang menangani Sulli terbuka secara perlahan. Minho berdiri mendekati pintu itu.

“Bagaimana keadaanya, Noona?” tanya Minho pada Yuri.

“Dia baik-baik saja. Kau membawanya kemari tepat waktu. Dia sudah sadar.”

“Syukurlah. Tapi, apa yg terjadi dengannya??”

“Dugaanku dia keracunan. Tapi hal itu bisa saja tidak terjadi. Kita akan mendapatkan hasil akhir dari Lab. Untuk saat ini, Berdoalah..” ucap Yuri.

“Keracunan??” Luna datang bersama Key terkejut mendengar pernyataan Yuri.

“Kita akan memastikannya saat hasil Lab telah keluar. Saya permisi..” ucap Yuri bergegas keruangan kerjanya.

30 menit berlalu..

“Minho-ssi, bisa datang keruanganku??” ujar Yuri.

“Eoh, arraseo.”

Minho masuk kedalam ruangan kerja Yuri.

“Hasil Lab’nya telah keluar. Sulli positif keracunan. Ini hasil pemeriksaannya.” Yuri meletakan sebuah kertas dihadapan Minho. Minho terkejut membacanya.

“Tapi keadaannya sudah lebih baik sekarang. Aku sudah menetralisir racun yang masuk dalam organ pencernaannya.” Lanjut Yuri. *Author sok tahu soal beginian* #abaikan

“Eoh.. Aku mengerti..” ucap Minho.

“Tapi, apa kau tahu Sulli sering mengkonsumsi sejenis pil??”

“Pil?? Apa maksudmu??” tanya Minho tidak mengerti.

“Hasil pemeriksaan menunjukannya. Pil pelangsing bisa membuat orang kecanduan dan efeknya sering muntah-muntah. Bisa dikatakan keracunan.”

“MWO?? Pil pelangsing??”

“Benar. Waeyo? Mollayo??” tanya Yuri keheranan.

“Ani.. saat aku menemukannya digudang, aku hanya menemukan minuman bersoda disampingnya. Taemin mengatakannya padaku, minuman itu mengandung alkohol.”

“Minuman beralkohol??” tanya Yuri bingung.

“Nde.. aku membawa minuman itu.”

“Tapi… hasil Lab tidak menemukan cairan alkohol atau sejenisnya itu dalam tubuh Sulli.”

Minho mengeryitkan dahinya. “Benarkah??” Yuri mengangguk.

“Bersiap-siaplah. Sulli sudah bisa kembali hari ini.. Jangan lupa, beritahu aku kalau Sulli memperlihatkan keluhan pada perutnya. Saat itu juga, Sulli akan memuntahkan sisa racunnya.” lanjut Yuri.

“Nde.. Gomawo, Noona.”

***

“Bagaimana? Apa Sulli baik-baik saja? Apa yang terjadi dengannya??” tanya Luna yang sangat mencemaskan Sulli.

“Bagaimana hasil pemeriksaannya, Hyung??” Taemin ikut bertanya.

“Dia baik-baik saja.. kata Noona, Sulli bisa kembali kerumah hari ini.” jawab Minho. Semua orang merasa lega mendengarnya.

“Aku ingin melihatnya.” Lanjut Minho.

“Masuklah dan awasi namja itu..” Taemin berbisik pelan.

“Namja itu? Maksudmu??”

“Entahlah.. aku tidak tahu namanya..” lanjut Taemin mengangkat kedua bahunya.

“Key?” Gumam Minho.”

“Apa yang kau tunggu, Hyung?? Masuklah..” Taemin mendorong bahu Minho masuk kedalam ruangan.

“Tunggu sebentar. Luna-ssi, kau ingin masuk?” Minho bartanya pada Luna.

“Eoh.. tapi aku ingin membeli makanan untuknya lebih dulu.”

“Baiklah..” ucap Minho.

“Permisi.. bisakah kami masuk?” ucap Taemin pada Sulli dan namja yang duduk disisi ranjang tempat Sulli berbaring.

“Eoh.. Temin-ah.” Ucap Sulli senang melihat Taemin. Ia tersenyum dan beralih pandang menatap orang disamping Taemin, yaitu Minho. “Kau ada disini..” lirih Sulli. Minho mengangguk. Minho dan Taemin berjalan mendekat.

“Mereka siapa, Sulli-ah??” namja yang duduk disisi ranjang tempat Sulli berbaring tiba-tiba bersuara. Minho terkejut melihat namja itu. Karena namja itu bukan Key. Lalu, siapa dia??

“Mereka temanku.. ani, sekarang mereka adalah keluargaku.” Jawab Sulli.

“Kalian berdua, kenalkan ini teman lamaku. Namanya Kai.” Lanjut Sulli.

“Aku Kai. Senang berjumpa dengan kalian.” Ucapnya sambil mengulurkan tangannya.

“Aku Minho. Dan ini adikku, Taemin..”

“Eoh.. annyeong haseyo..” ucap Taemin padanya.

“Kai ini adalah seorang bintang. Dulu, dia mantan pemain bisbol yang dikontrak oleh L.A. Dan sekarang dia adalah penulis novel terlaris sekaligus pengusaha termuda didaerah Busan. Kini Seoul ada dalam genggamannya.” Sulli memperkenalkan Kai dihadapan Minho dan Taemin dengan senyumnya yang ceria tanpa mempedulikan apa yang telah terjadi padanya 3 jam yg lalu. Minho menatap lekat wajah Sulli yang menikmati perbincangan ini.

“Jeongmal??” Taemin tidak percaya apa yang dikatakan Sulli mengenai sosok Kai. Taemin bahkan membentuk mulutnya seperti huruf O. Sulli mengangguk sebagai tanda mengiyakan. Dia tertawa renyah melihat sikap Taemin seperti itu.

“Kau.. baik-baik saja??” tiba-tiba kalimat itu keluar dari mulut Minho sehingga membuat Sulli menghentikan tawanya.

“Nde? Aaahh, eoh.. Aku baik-baik saja..”

“Kau bisa kembali hari ini. Bersiaplah.” Ucap Minho dengan sikap dingin yang selalu menjadi kebiasaannya. Minho berbalik keluar dari ruangan diikuti Taemin.

Sulli heran sekaligus kesal melihat tingkah Minho seperti itu. “Dia memang berbeda..” gumamnya sambil berdesis kesal.

“Dia pacarmu??” tanya Kai tiba-tiba. Spontak Sulli terkejut.

“MWO??”

“Hey.. aku hanya bertanya. Kenapa ekspresimu seperti itu, eoh?” Kai menertawakan Sulli.

“Kau..” Sulli memukul bahu Kai karena Kai masih menertawakannya. “Hentikan itu!” ucap Sulli.

“Ah, arraseo!” Kai membungkam mulutnya.

Pesan Masuk

Dari Park Luna :

Mian Sulli-ah, aku tidak melihat keadaanmu saat kau telah sadar. Aku ada urusan sebentar. Jaga kesehatanmu dan atur pola makanmu itu. Kau tau, aku sangat mengkhawatirkanmu. Aku sudah membeli porsi makanan yang disarankan dokter untukmu. Besok akan kuberikan padamu. Bersikaplah baik pada namja bermata bulat itu. Jangan lupa untuk berterimakasih padanya.

“Dia jahat. Apa yg menjadi urusannya saat ini?” Sulli memanyunkan bibirnya setelah memebaca pesan dari Luna.

“Dia siapa??”

“Park Luna. Gadis yg pernah kuceritakan padamu musim panas yang lalu.”

“Waeyo, Hyung? Apa yang salah denganmu?” tanya Taemin diluar ruangan kamar yang menangani Sulli.

“Wae?? Aku kenapa??” Minho balik bertanya.

“Kau hanya mengatakan, ‘Kau baik-baik saja?’ padanya, lalu pergi begitu saja. Kau aneh..”

“Apa yang salah dengan kalimat itu, eoh?? Lalu, menurutmu apa yang harus kukatakan??” Minho mnegoceh didepan adiknya.

“Hahahahahaha..” Taemin tertawa lebar. Minho menatapnya heran. “Kurasa, seseorang sedang kesal disini.” Lanjut Taemin menggoda Minho.

“Mwo?? YA! Apa maksud ucapanmu itu? Kesal??!”

“Ani.. lebih tepatnya CEMBURU.” Taemin membuat penekanan pada kalimatnya sehingga membuat Minho menatapnya dengan kilatan matanya yang tajam.

“Aku sedang tidak ingin bermain denganmu. Pergilah dari hadapanku!” ucap Minho terkesan menyeramkan. Taemin bergidik ngeri, tatapan Hyung’nya itu seakan ingin menghancurkan tulang-tulang rusuknya.

“A..aku hanya bercanda, Hyung.” Ucap Taemin menurunkan kepalanya.

“Hey.. kalian masih disini? Kupikir sudah pergi..” Sulli yang baru saja keluar dari ruangannya mendapati Minho dan Taemin dihadapannya. Minho menyipitkan matanya melihat Kai merangkul Sulli.

“Eoh! Sulli-ah..kami menunggumu..” ucap Taemin. “Sini, biar kubawakan barangmu.” Lanjutnya.

“Ah, Gomawo. Maaf telah merepotkan kalian.” Ucap Sulli.

“Gwaencahana..” lanjut Taemin.

“Kajja..” Minho berbalik.

“Arraseo. Kai, terimakasih kau datang menjengukku. Aku pergi dulu.”

“Jangan sungkan, Sulli-ah. Hubungi saja aku jika kau memerlukan bantuanku.” Ucap Kai.

“Baiklah. Sampai jumpa..” Sulli tersenyum meninggalkan Kai.

***

“Kita sampai, Sulli-ah..” Taemin yang pertama membuka pintu mobil yang mereka tumpangi.

Minho turun dari mobil diikuti Sulli. Taemin mendekati Minho.

“Hyung, bantu Sulli berjalan.” Bisik Taemin.

“Aku tahu. Pergilah dari hadapanku!” ucap Minho dingin. Minho mendorong bahu Taemin. Dan Temin menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Hyung’nya itu.

“Fuh.. dia aneh dan… menyeramkan” ujar Temin mengelap keringatnya.

Sulli ditemani Minho masuk kedalam rumah. Minho menggerakkan tangannya untuk membantu Sulli berjalan.

“Maaf merepotkanmu..” ucap Sulli. Minho diam seperti patung, pandangannya lurus kedepan. Sulli bingung dibuatnya.

Mereka kini sedang menaiki anak tangga menuju kamar Sulli dilantai atas. Sejauh itu, mereka diam satu sama lain.

“Terimakasih..” ucap Sulli singkat. Minho mengangguk tanpa menatap Sulli.

“Baiklah, aku masuk..” lanjut Sulli sembari menempatkan tangannya diatas gagang pintu. Tapi-

“Mengenai kejadian disekolah.. kau ingat sesuatu?” Minho akhirnya membuka suara.

“Nde?” Sulli mengangkat keningnya. “Aaah, maksudmu kejadian digudang?”

“Benar. Apa kau ingat kejadiannya?” tanya Minho lagi.

“Aku masuk kedalam gudang, tapi tiba-tiba seseorang menutupi hidungku dengan kain tebal dan bersamaan aku mencium bau yang… ah, bau yang membuatku pusing.”

“Seseorang? Nugu??”

“Entahlah. Tidak begitu jelas aku melihat wajahnya..” Sulli menceritakan apa yang dialaminya. Minho mendengarkan dengan intens.

“Dia hanya membisikan sesuatu dan aku tidak ingat apa yang terjadi selanjutnya.” Lanjut Sulli.

“Dia yeoja?” tanya Minho.

“Aku rasa tidak. Karena dia memakai celana panjang dan sepatu sport hitam.”

“Siapa dia?” batin Minho.

“Apa kau tahu apa yang terjadi denganku?” Sulli membuyarkan lamunan Minho.

“Kau keracunan.” Jawab Minho.

“Mwoo??!”

“Apa yang ada dalam otakmu itu, eoh? Apa kau ini robot?” Minho menunjukan perhatiannya pada Sulli tapi sedikit berbeda sehingga Sulli salah paham, Sulli kesal Minho sering membentaknya.

“MWO?? Robot??”

“Kenapa kau mengkonsumsi pil pelangsing?” Minho kembali bertanya.

“Pil pelangsing?? Naega??” Sulli tidak percaya karena dia sama sekali tidak mengerti.

“Hasil Lab menunjukannya. Lihatlah!” Minho menyerahkan sebuah kertas dari dalam saku celananya.

“Positif Keracunan akibat mengkonsumsi Pil pelangsing??” Mata Sulli membelalak saat membaca hasil Pemeriksaannya.

“Ige Mwoya?? Aku sama sekali tidak pernah mengkonsumsi Pil semacam itu, melihatnya saja aku belum pernah.” Lanjut Sulli.

“Sudah kuduga, ada yang ingin mencelakai Sulli.” Batin Minho.

“Lupakanlah, kupikir kau ingin istrahat. Masuklah..” ucap Minho sembari berbalik.

“Changkaman..” sergah Sulli. Minho kembali berbali menghadapnya.

“Bagaimana kau bisa menemukanku didalam gudang?” tanya Sulli tiba-tiba. Minho refleks mengubah ekspresinya. Ia memutar bola matanya kesegala arah, seakan menghindari tatapan Sulli.

“Aku .. aku sedang mencari sesuatu disana..” elaknya.

“Eoh??” Sulli masih penasaran.

“Aku … kehilangan buku bacaanku saat membersihkan gudang sehari yang lalu.” Minho berbohong.

“Lalu?” tanya Sulli menyelidik, menaruh curiga pada Minho.

“Lalu apa maksudmu itu?? Aku menemukanmu terbaring disana dan membawamu kerumah sakit.”

Sulli berhenti menatap Minho dengan serius, kali ini wajahnya terlihat bingung.

“Kau yang membawaku kerumah sakit?” tanya Sulli sambil mengerutkan dahinya.

“Benar. Aku menggendongmu seharian ini.” keluh Minho.

 

SULLI POV’S

“Maldo andwae!” lirihku sambil menatap Minho aneh. Ada yang salah disini.

“Wae??” tanya Minho padaku. Aku menurunkan pandanganku.

“Aku tidak melihatmu saat itu.”

“Saat itu? Maksudmu??” Dia bertanya lagi. Aku bingung harus menjelaskannya.

“Kau bilang kau menggendongku dan membawaku kerumah sakit??” Aku bertanya untuk memastikannya sekali lagi. Karena ini tidak bisa diterima oleh akalku.

“Apa kau menganggapku sedang membohongimu??”

“Ani, bukan begitu maksudku.” Tangkasku.

“Lalu apa??”

“A.. aniya! Bukan apa-apa. Mungkin aku hanya berhalusinasi. Keke~” Ujarku.

“YA! Kau membuatku gila! Apa kau tau aku sangat mencemaskanmu, eoh?? Arra?”

“Mwo?” Aku terkejut mendengarnya. Dia mencemaskan aku?

“Aku minta maaf sudah merepotkanmu. Tapi.. kenapa kau mencemaskanku?”

“Wae? Apa aku tidak boleh mencemaskanmu??”

Aku tercengang mendengarnya. Diam menatapnya keheranan. “Apa maksud ucapannya itu?” batinku. Kami mematung entah berapa lama.

Aku masuk kedalam kamar dan mengunci pintunya dengan rapat. Kutatap cahaya lampu yg menerangi ruangan kamar sembari duduk membelakangi daun pintu. Perlahan kuangkat jemari ini menyentuh bagian dadaku, merasakan getaran yang berpacu cepat disana.

“Apa yang kupikirkan? Apa yang salah denganku??”

“Ah, lupakan!” Aku berusaha mengendalikan pikiranku.

Tunggu… tiba-tiba aku memikirkan kejadian saat digudang itu. Aku merasa ada yang mengangkat  tubuhku, lalu… ah benar. Wajah itu, aku masih bisa mengingat wajahnya. Tapi..

   “Aku menemukanmu terbaring disana dan membawamu kerumah sakit.”

 “Kau yang membawaku kerumah sakit?”

“Benar. Aku menggendongmu seharian ini.”

Minho mengatakan, dialah yang membawaku kerumah sakit. Tapi, aku tidak melihat Minho saat itu. Aku tahu, aku sedang dipengaruhi bau menyengat itu namun tidak bisa memungkiri hal ini. Aku yakin melihat wajahnya. Tapi dia bukan Minho.

Apa Minho berbohong?

“Ah, kepalaku sakit. Sepertinya aku mengantuk.” Keluhku.

Aku menghempaskan tubuhku diatas ranjang, sejenak melupakan hal yang baru saja kualami seharian ini.

***

Pukul 7 malam waktu Korea Selatan

AUTHOR POV’S

“Terimakasih atas makanannya..” ucap Sulli setelah selesai menyantap hidangan malam bersama Minho dan Taemin.

“Kau menikmatinya?” tanya Taemin.

“Ya, makanan buatanmu lezat.” Lanjut Sulli.

“Keke~ ini yang memasak, Minho hyung.” Taemin mengedipkan matanya.

“Aaah, Jinjja?” Sulli beralih pandang menatap Minho. Tapi Minho sibuk menata piring dan gelas diatas meja.

Minho berdiri lalu mencuci piring-piring kotor itu sendiri. Taemin beranjak keruangan tengah untuk menyalakan TV . Sulli yang masih duduk dimeja makan berjalan mendekati Minho.

“Butuh bantuanku??” tanya Sulli.

“Tidak perlu, kau istrahatlah..” jawab Minho.

“Ah, tapi dimana Aikhamika?? Aku belum melihatnya sejak tadi.”

“Dia menginap disekolah bersama teman-temannya untuk mempersiapkan kegiatan Camping besok pagi.” Jawab Minho.

“Aaah~ begitu.”

“Sulli-ah, kemari. Kau harus lihat ini!” teriak Taemin dari ruangan TV yang berjarak sangat dekat dengan dapur.

“Apa ??” Sulli penasaran menghampiri Taemin.

“Sekolahmu diberitakan hari ini. Dreaming Art Senior High School benar-benar sekolah impian.”

“Aaah~ mereka (wartawan) datang kemarin dan mengambil gambar sekolah kami.” Ucap Sulli.

“Kau ahli dibidang apa? Tarik suara? Dance? Seniman?” tanya Taemin. Sulli merasa lidahnya bergetar mendengar pertanyaan Taemin.

“Aku… hanya seorang siswa biasa..” lirih Sulli sambil memandang bangunan sekolahnya dari TV. Ia tersenyum kecil. Minho mendengar ucapannya dari dapur.

“Maksudmu??” tanya Taemin.

“Lupakan.. ah, perutku..” rintih Sulli sambil meremas-remas perutnya.

“Kau kenapa??” tanya Taemin. Minho dengan cepat mendekati Sulli.

“Kau baik-baik saja??” tanya Minho.

“Aku bisa menggunakan bathroom mu??” tanya Sulli.

“Eoh, lewat sini.” Minho membantu Sulli berjalan. Taemin membantu membukakan pintu kamar Minho.

“Kau merasa mual?” tanya Minho. Sulli mengangguk.

“Bisa tunggu aku diluar??”

“Arraseo.” Jawab Minho.

10 menit kemudian..

“Ah, leganya..” Sulli keluar dari bathroom. Ia menepuk-nepuk perutnya.

“Ah, mengagetkanku saja.” Didinding sisi kananya, ia melihat sebuah lukisan besar. Lukisan seorang pemuda berbalut jubah hitam yang sedang memegang pedang ditangan kirinya.

“Ini ruangan kamar Choi Minho.” Ujarnya sembari melihat-lihat sekitarnya. Sulli sadar, ia sedang berada didalam kamar Minho sekarang.

Sulli berjalan pelan melihat-lihat pajangan foto disisi ranjang besar milik Minho. Ada foto saat Minho bersama teman-temannya dari sekolah lama, ada foto saat Minho memegang piala perlombaan, dan ada foto masa kecilnya. Mata Sulli tertuju pada foto anak kecil yang sedang memakai topi.

“Wajah ini..” lirih Sulli masih menatap lekat foto itu. “Aku rasa pernah melihatnya.”

Sulli menyentuh kepalanya yang terasa pusing. Ia memerjamkan matanya.

“Tidak mungkin. Dia yang kulihat kemarin. Dialah yang menggendongku.” Ucap Sulli merasa semua ini musthail. “Apakah anak sekecil ini bisa mengangkat tubuhku yang jauh lebih besar darinya??”

   “Aku menggendongmu seharian ini.”

Kalimat itu muncul membayangi Sulli. Minho yang mengatakannya.

“Oh, Tuhan! Apa arti semua ini??” Sulli meremas-remas rambutnya. Tanpa berpikir lagi, Sulli keluar dari kamar itu dan mencari Minho.

“Kau sudah baikan?” tanya Taemin yang menunggui Sulli.

“Minho dimana??”

“Dia pergi keluar untuk membelikanmu obat sakit perut. Ada apa??” tanya Taemin. Tapi Sulli berlari kecil melewati pintu depan.

“Kau mau kemana??” Teriakan Taemin tidak dapat didengar oleh Sulli karena Sulli sudah jauh dari pandangannya.

***

Sulli kelelahan mencari Minho, keringatnya bercucuran. Ia mengatur napasnya dan duduk sejenak di halte Bis.

“Apa yang kau lakukan disini??” Suara berat itu mengalihkan pandangan Sulli.

“Minho??” Gumamnya.

“YA! Aku tanya sedang apa kau disini?? Kau ingin masuk Rumah sakit lagi, eoh??” Minho mencemaskan keadaan Sulli. Namun Sulli hanya diam dan mulai berdiri dari duduknya.

“Kau sedang menunggui seseorang??” tanya Minho. Tapi Sulli tak menggubrisnya. Mata Sulli terikat untuk menatap mata bulat Minho.

“Kalau ingin keluar, kau harus meminta izinku lebih dulu.” Lanjut Minho. “Kau dengar aku??”

Sulli berjalan mendekati Minho tanpa berhenti menatapnya. Minho keheranan.

“Apa… kita saling mengenal sebelumnya?” tanya Sulli tiba-tiba.

“Mwo?”

“Apa… kau mengenalku sebelumnya??” lirih Sulli.

TBC..

Para Readersku tercinta, mohon maaf kalian sudah menunggu terlalu lama..

Besok tanggal 14 April. Besok juga saya harus mengikuti UN,

Mohon doanya kawan.

Saya berusaha untuk memenuhi janji saya agar kalian tidak kecewa.

Di Part ini, saya harap ada komentar kalian yang bisa menyemangati saya.

Saya juga mengharapkan kritikkan dan saran.

Gomawo~

Chapter 3 ~The Rain Falls (60 Seconds)~

Image

FF MINSUL

~The Rain Falls (60 Seconds)~

Main cast : Sulli & Minho

Other cast : Jonghyun (SHINee) | Vic F(x) | Nickhun 2PM

Genre : Sad, romance, fantasy (?)

Chapter 3

Author : Bella Muliawaty

 

Matahari kembali menampakkan sinarnya menyusuri setiap kota-kota besar di Seoul. Nampak pada rumah yang terletak di Incheon, terlihat seorang gadis cantik, berkulit putih sedang berdiri didepan cermin besar sambil merapikan seragamnya.

 

“Sulli-ah, ada yang menjemputmu..” suara krystal mengalihkan pandangan Sulli.

 

“Hah? Siapa??”

 

“Namja yang mengantarmu pulang kemarin.”

 

“MWO?” Sulli terlihat tidak senang.

 

“Ppali!! Sudah 30 menit dia berdiri didepan.” Lanjut krystal beranjak pergi.

 

“Changkaman.. katakan padanya aku sudah pergi!” ujar Sulli memohon.

 

“Ah~ dia tahu kau belum pergi, Sulli-ah.. aku memberitahunya barusan.

 

“YA! Apa kau gila?!!” Sulli menjitak kepala krystal. Krystal merintih kesakitan.

 

“Sekarang juga temui dia dan katakan kalau aku sudah pergi!”

 

“Kenapa harus aku??” tanya krystal polos. Sulli melemparkan tatapan dingin pada krystal.

 

“Ah~ Arraseo!!” ujar krystal cemberut. Ia menemui Jonghyun didepan rumah.

Sementara itu, Sulli mengendap-ngendap keluar dari arah belakang rumahnya. Melihat situasi sekitar, sesekali pandangannya melirik pagar depan rumahnya untuk memastikan apa jonghyun sudah pergi.

 

***

 

Skipà

 

Di sekolah..

 

Sulli menyusuri koridor sekolah dengan langkah yang cepat. Sepertinya ia takut kalau jonghyun melihatnya. Ia tak memperhatikan arah depan, pandangannya beralih kebelakang saat melihat jonghyun berjalan pelan diujung koridor sekolah. Sulli mempercepat langkahnya, tapi tidak sengaja ia melihat Minho berjalan pelan dari arah kanannya. Minho berjalan cepat kearah yang sama dengan Sulli. Langkah Sulli terhenti saat Minho masuk kedalam kelas melewati Sulli yang disebelahnya tanpa melihatnya sedikitpun. Sulli terlihat kesal menatap punggung Minho.

 

“Dia benar-benar mengabaikanku.. Sungguh,, namja yang tidak tahu berterima kasih!! Aku sudah menolongnya kemarin, tapi lihat sikapnya sekarang!!” umpat Sulli kesal. Sulli dengan berat hati masuk kedalam kelas.

 

Seharian penuh Sulli mengikuti mata pelajaran yang dihadirkan guru pembimbingnya. Karena sebentar lagi Ujian akhir semester tiba, Sulli bersungguh-sungguh menanggapi ujian akhir tahun ini dengan belajar yang serius.

 

Hingga tak terasa pagi sangat cepat berganti petang. Sulli masih berada di sekolahnya. Ia pergi keruang perpustakaan yang ada dilantai bawah. Suasana sekolah tampak sepi, hanya tinggal beberapa siswa saja yang masih bertahan disekolah. Sebagian siswa sudah kembali kerumah mereka masing-masing. Sulli menyusuri anak tangga dengan langkahnya yang berat, sepertinya ia kelelahan.

 

Ia berhenti didepan pintu ruangan yang sedang ia cari, ‘Perpustakaan Khusus’, Sulli membuka pintu itu dan segera masuk.

 

Setelah 30 menit berlalu..

 

Malam akhirnya tiba, cahaya bulan sudah mulai menampakkan diri. Sulli keluar dari ruangan perpustakaan dan kembali menyusuri anak tangga. Tapi langkahnya berhenti saat mendengar jeritan seseorang dari arah belakang. Sulli menangkap jelas sumber suara itu berasal dari ruangan UKS sekolah mereka yang berada paling ujung. Sulli merasa familiar dengan jeritan suara yang baru saja ia dengar. Jeritan suara itu mirip dengan yang ia dengar di rumah tua yang sedang ditempati Minho.

 

Sulli memberanikan diri melihat sumber suara itu. Dengan perasaan takut, ia melangkahkan kakinya menuju ruangan yang letaknya sedikit jauh dari tangga. Sulli sudah hampir dekat, tinggal beberapa langkah lagi.

Sulli mematung kaku saat melihat sosok bayangan hitam memantul jelas didinding disebelah ruangan UKS itu. Bayangan itu semakin lama, semakin jelas terlihat. Tak hanya itu Sulli juga menangkap suara langkah kaki seseorang dengan indra pendengarannya yang tajam.

 

Mata Sulli terbelalak hebat saat melihat sosok makhluk yang terlihat seperti manusia dengan mengenakan jubah hitam sambil memegang sebuah kapak ditangan kanannya. Tubuh Sulli bergetar, keringatnya bercucuran melihat sosok makhluk itu berjalan menghampirinya dengan wajah tertunduk.

 

Sulli tidak dapat menggerakkan tubuhnya sedikitpun, kerongkongannya kering, lidahnya kaku, ia ingin sekali berteriak namun sepertinya ketakutan lebih mengalahkan keberaniannya.

 

Sulli hanya bisa pasrah, ia memejamkan matanya tapi tiba-tiba seseorang menarik pinggang rampingnya dengan cepat. Sulli terlonjak kaget saat melihat siapa yang ada dihadapannya kini sambil menutup mulut Sulli dengan telapak tangannya.

 

“Choi Minho..??” batin Sulli.

 

Minho memberikan isyarat pada Sulli untuk diam dengan menempelkan jari telunjuk di depan mulutnya. Sulli mengangguk.

 

Minho melihat sosok makhluk yang dilihat Sulli tadi dibalik dinding yang tersembunyi dibelakang ruangan UKS. Mata Minho terlihat tajam memandangi sosok berjubah hitam yang kini sedang memasuki salah satu ruangan tertutup yang sudah lama tidak dibuka.

 

Minho refleks mempersempit jaraknya dengan Sulli saat melihat sosok jubah hitam itu hampir menangkap mereka dengan tatapan tajamnya. Sulli kini sedang berada sangat dekat dihadapan dada bidang Minho dan tak sadar jantungnya berpacu cepat. Sedangkan Minho masih mengedarkan pandangannya memandangi sosok jubah hitam itu. Tapi sosok itu hilang dari pantauan Minho. Minho mencari-cari keberadaannya, namun hasilnya nihil. Minho menghela napas panjang.

 

Minho kembali pada posisinya yang kini tengah berada didepan Sulli dengan jarak yang dekat. Sulli mengangkat wajahnya menatap Minho. Mata mereka bertemu. Kini hanya suara detakan jantung mereka yang terdengar dikeheningan malam itu.

 

***

 

“YA! Kau kenal orang itu??” tanya Sulli memulai percakapan saat berjalan dibelakang Minho. Sepertinya mereka berhasil keluar dari sekolah mereka. Kini mereka tengah berjalan ditrotoar dengan posisi Minho berada didepan dan Sulli mengikutinya dari belakang.

 

“YA! Aku tanya apa kau kenal orang itu??” Sulli menyamakan posisinya dengan Minho karena merasa kesal pertanyaannya tidak dijawab.

 

“Molla~” singkat Minho. Raut wajahnya tenang tapi sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu, entah apa itu.

Sulli merasa curiga, ia mendekatkan wajahnya menatap Minho penuh selidik.

 

“Apa yang kau lakukan??” tanya Minho.

 

“Ah..aniya!” ujar Sulli polos.

 

“Dia orang yang kucari..” ucap minho tiba-tiba.

 

“Eoh??” Sulli tak mengerti.

 

“Alasan aku pindah kemari dan tinggal dirumah kosong itu, karena dia..”

 

“Mworago?? Aku tidak mengerti apa yg kau katakan..”

 

Minho menghembuskan napasnya.. “Sudahlah.. tidak ada gunanya aku mengatakannya padamu..”

 

“Mwo?? YA! Kau bilang apa??”

 

“Jangan ikuti aku!” ujar Minho.

 

“Mwo??” Sulli tercengang.

 

“Sudah kubilang, jangan ikuti aku!” lanjutnya. Minho mempercepat langkahnya..

 

“YA! Kau benar-benar…”

 

“SULLI-AH??” Belum sempat Sulli melanjutkan ucapannya, jonghyun memanggilnya dengan mengendarai mobil sport putih miliknya.

 

Sulli menoleh, wajahnya berubah masam. Minho menatap lekat wajah jonghyun saat ia turun dari mobil dan menghampiri Sulli.

 

“Sulli-ah, aku menunggumu seharian.. apa kau tidak tahu??” tanya Jonghyun.

 

“Untuk apa aku harus tahu??” batin Sulli risih.

 

“Ada apa, jonghyun-ssi??” tanya Sulli memaksakan senyumnya.

 

“Apa kau lupa?? Barang yang ku pinjam padamu tempo hari.. yang kau janjikan padaku.” Lanjutnya.

 

“Eoh?? Ah~ Mian, aku lupa membawanya.. Aku janji besok akan kuberikan padamu.” ujar Sulli tanpa basa basi. Ia ingin segera mengakhiri perbincangan ini.

 

“Eoh.. baiklah.. Kau kuantar pulang ne?”

 

“Ah~ tidak perlu.. aku bisa pulang sendiri..”

 

Minho tak ingin ikut dalam perbincangan itu, ia beranjak pergi meninggalkan Sulli dan jonghyun.

 

***

 

Sementara itu..

 

“Untuk apa lagi kau kembali??” Suara gadis itu memecah deru angin disebuah taman kecil dekat kota Incheon, di Seoul.

 

“Maafkan aku.. aku bersalah..” ujar lelaki tampan yang tengah berdiri didepan gadis itu.

 

“Aku tidak ingin melihatmu lagi!! Kau sudah menghianati temanku!” lanjut gadis itu.. “Kau menyakiti Sulli..” Gadis itu adalah krystal.

 

“Aku tidak bermaksud menyakitinya. Aku terpaksa meninggalkannya waktu itu karena…”

 

“Karena gadis lain, bukan??” Lanjut krystal memotong ucapan Junho, lelaki yang dicintai Sulli dua tahun lalu sebelum ia meninggalkan Sulli pergi ke L.A.

 

“Aku mengakuinya.. hanya karena Jia, aku meninggalkannya begitu saja. Tapi, sekarang aku kembali untuk bertemu dengannya. Aku sangat menyesal.” Lanjut Junho dengan wajah penyesalan.  Tapi krystal tak mengizinkan Junho bertemu dengan Sulli lagi. Krystal tak ingin, sahabat baik yang sudah ia anggap sebagai saudara tersakiti untuk kedua kalinya.

 

Sudah cukup rasa sakit hati yang dilewati Sulli dua tahun lalu, sudah cukup air matanya yang selalu keluar dari mata Sulli karena lelaki ini. Krystal tidak ingin melihat Sulli terhanyut dalam kesedihan.

 

“Aku tidak akan melakukannya..” ujar krystal mantap.. “Jangan temui Sulli lagi!” lanjutnya beranjak pergi. Tapi Junho menahannya.

 

“Aku mohon padamu.. izinkan aku menemuinya, biarlah Sulli sendiri yang memutuskan ingin melupakan aku atau tidak..” pinta junho.

 

“Apa kau tidak tahu?? Sulli sudah melupakanmu! Bahkan ia sudah memiliki seseorang yang lebih baik darimu..” Ujar krystal sedikit emosi.

 

“Benarkah ..??” Junho terduduk lemah diatas tanah.

 

“Kuharap kau jangan masuk dalam kehidupannya lagi!” ujar krystal beranjak pergi.

 

“Tunggu…” cegah junho.

 

“Aku hanya ingin memberikan ini padanya untuk yang terakhir kalinya..”

 

Krystal menoleh.. ia melihat benda yang di genggam Junho dengan tatapan nanar.

 

***

 

Dirumah Minho…

 

Minho selesai mandi, ia terlihat tampan dengan rambutnya yang masih basah. Tiba-tiba H.Phone’nya bordering.

 

“Yeoboseyo??”

 

“Apa ini Choi Minho??”

 

“Nde, ini siapa??”

 

“Ini ibunya Sulli, Choi Sulli.. bisakah kau melihat keberadaan Sulli dirumah?”

 

“Ne??”

 

“Anak itu tidak menjawab panggilan telpon, bibi sudah menghubungi krystal, tapi tidak dijawab. Bibi sedang berada dikantor sekarang. Bisakah nak Minho melihatnya??”

 

“Eoh.. Nde, aegeshimnida..”

 

“Gomashimnida, Minho-ssi..”

 

~Tut..tut..tut..~

 

Minho segera mengganti pakaiannya. Ia pergi keluar menuju rumah Sulli yang ada dihadapan rumahnya.

 

“Permisi..??” panggil Minho

 

“Apa ada orang?? SULLI-SSI??!!” Panggil Minho sambil membunyikan bel. Tapi tak ada jawaban.

 

“Kemana gadis ini?? Gumam Minho.. ia mengingat meninggalkan Sulli bersama jonghyun. “Apa dia……”

 

Tanpa basa-basi Minho berlari menuju trotoar yang dilaluinya tadi. Ia mencari keberadaan Sulli disetiap sudut jalan.

 

“Sulli-ssi??” .. “Sulli-ssi??”

 

Minho terus mencari Sulli sambil berlari, napasnya kini sudah hampir habis karena kelelahan.. hingga ia duduk diatas trotoar jalan.

 

“Minho-ssi??” panggil seseorang dari arah belakang. Minho menoleh.

 

“Apa yang kau lakukan disini??” tanya gadis itu yang tak lain adalah orang yang sedang ia cari, Sulli.

 

“Kau darimana saja??” tanya Minho sambil berdiri.

 

 

“Aku?? Aku dari toko minuman..” jawab Sulli sambil memperlihatkan kaleng minuman yang dibawanya. “Kau sendiri??”

 

“Eoh.. aku.. aku sedang mencari sesuatu disekitar sini..” jawab Minho berbohong.

 

“Benarkah??”

 

“Sudahlah.. ayo pulang.” Ajak Minho. Tapi Sulli tak beranjak sedikitpun.

 

“Wae??” tanya Minho.

“Bukankah kau menyuruhku untuk tidak mengikutimu..??” Sulli balik bertanya.

 

Minho terlihat canggung.. “Benar juga..” ujarnya.

 

Sulli mempoutkan bibirnya, ia berjalan kearah berlawanan dengan Minho. Tapi dengan cepat Minho menahannya.

 

“Ayo pulang bersama..” Ucap Minho sambil menatap Sulli dengan tatapan serius. Sulli diam menatap Minho.

 

“Eoh??”

 

Minho langsung memegang pergelangan tangan Sulli dan membawanya pergi dari tempat itu. Entah apa yang terjadi, jantung Sulli kembali berpacu cepat beradu dengan angin malam yang berhembus pelan.

 

-^-

 

“Sudah sampai..” ujar Minho saat tiba didepan rumah Sulli.. “Masuklah..” lanjutnya. Sulli mengangguk pelan, masih belum bisa memahami sikap Minho yang tiba-tiba berubah.

 

“Kemarin dia bersikap dingin, tapi sekarang… dia terlihat berbeda..” batin Sulli.

 

“Ada apa??” tanya Minho membuyarkan lamunan Sulli.

 

“Aniya..” jawab Sulli sedikit terkejut.

 

“Masuklah.. ibumu tadi menghubungiku..”

 

“Eoh?? Jinjja??”

 

“Segera hubungi ibumu secepatnya, ia sangat menghawatirkanmu..” lanjut Minho.

 

“Eoh.. arraseo..”

 

Minho beranjak pergi memasuki halaman rumahnya. Begitu juga dengan Sulli, tapi Sulli merasa menginjak sesuatu. “Kalung??” gumamya. Dengan cepatnya Sulli berbalik.

 

“Minho-ssi??” Panggil Sulli, akan tetapi Minho sepertinya sudah masuk kedalam rumah tua itu.

 

Sulli memberanikan diri mendekati pintu pagar dari rumah yang ditempati Minho. “Mudah sekali dibuka, apa sudah rusak??” gumam Sulli saat masuk melewati pintu pagar Minho yang kuncinya sudah rusak dan berkarat.

 

“Minho-ssi??” panggil Sulli. Ia menngetuk pintu rumah Minho. “Minho-ssi, ini aku..” lanjutnya.

 

“Eoh? Pintunya tidak dikunci??”

 

Sulli masuk kedalam rumah Minho. Ia sedikit tercengang melihat isi rumah tua yang ditempati Minho masih utuh, bersih dan terawatt. Interior rumahnya terlihat sederhana tapi nyaman dipandang mata. Sulli mengutuk dirinya sendiri karena sering menganggap rumah ini berhantu dan menyeramkan. Tapi, sepertinya tidak.

 

Sulli melangkahkan kakinya menyusuri anak tangga, menengadahkan kepalanya memandangi langit-langit rumah ini. Namun sebuah tangan menariknya dengan cepat.

 

“Minho-ssi??” ucap Sulli kaget melihat Minho dihadapannya dengan tatapan panik.

 

“Apa yang kau lakukan disini??” tanya Minho disertai kegelisahan yang terpancar dari wajahnya.

 

“Aku ingin mengembalikan…..”

 

“TAP..TAP..TAP..” Suara langkah kaki itu menggantungkan ucapan Sulli. Suara itu terdengar dari arah belakang Sulli, sepertinya seseorang sedang menuruni tangga.

 

Minho melebarkan matanya saat melihat Sulli mulai menggerakkan kepalanya menoleh kebelakang.

 

Dengan cepat Minho menarik pinggang ramping Sulli dalam hitungan detik. Aliran darah Sulli mengalir deras saat merasakan bibirnya dingin basah. Kerongkongan Sulli tercekat saat melihat mata Minho terpejam karena melakukan tautan bibir dengannya, ia mencium Sulli.

 

TBC..

Wahahahaha xD

Hadeuhhh maaf saya baru bisa ngepost FF ini sekarang.

Saya udh mulai sibuk lagi ini dgn urusan sekolahan..

Harap maklum ne ^^

Mohon kasih komentarnya dong..

Chapter 2 ~The Rain Falls (60 Seconds)~

ajaib

 FF MINSUL

~The Rain Falls (60 Seconds)~

Main cast : Sulli & Minho

Other cast : Jonghyun (SHINee) | Vic F(x) | Nickhun 2PM

Genre : Sad, romance, fantasy (?)

Chapter 2

Author : Bella Muliawaty

Sulli memasuki ruang kamarnya dengan wajah yang masam.. benar-benar kesal atas sikap dinginnya Minho.

“Mwoya?? Dia tinggal dirumah itu?? Namja yang berkepribadian misterius itu??!” gumamnya tak percaya..

Sulli melangkah mendekati jendelanya yang menghadap ke utara tepat menghadap jendela tua dari rumah yang ditempati Minho. Jendela tua dilantai atas yang sempat dilihat Sulli kemarin. Ia mengedarkan pandangannya, memperhatikan jendela tua itu dengan seksama.

“Apa itu kamarnya?? Apa dia benar-benar tinggal dirumah tua itu??” tanya Sulli pada dirinya sendiri. “Orang seperti apa dia, yang bisa tinggal dirumah tak berpenghuni sejak 5 tahun lalu?? Apa dia benar-benar manusia??” lanjutnya dengan pertanyaan yang makin menjadi-jadi.

Sulli mulai berhalusinasi, membayangkan Minho adalah sosok hantu lelaki yang sedang mencari seorang yeoja untuk menemaninya tinggal dirumah tua nan menyeramkan itu. Sulli membayangkan dirinya dibawa Minho masuk kedalam rumah tua itu lalu ia disekap oleh Minho kemudian tubuh Sulli serta urat dan nadinya disayat-sayat menggunakan pisau dan dibuang keruang bawah tanah bersama tulang belulang yang sudah ada disana sejak 5 tahun lalu. Sulli menutup matanya saat membayangkan hal itu.

“Apa yang kupikirkan?? Itu tidak mungkin terjadi.” Ujarnya ngeri sambil mengelap keringatnya yang sudah menetes disela-sela wajahnya.

“SULLI-AH!! ADA TELPON UNTUKMU!! SULLI-AH,, KAU DENGAR IBU TIDAK??!!” Suara teriakan ibunya dari lantai 1 membuat Sulli terkejut. Ibunya ternyata sudah memanggil Sulli sedari tadi, namun Sulli tak menyadarinya..

“Ne, eomma.. Aku akan segera turun!!” jawab Sulli sedikit berteriak.

Sulli menanggalkan tas dan sepatunya kemudian berlari kecil menuruni anak tangga .

“Yeobseo??” ucap Sulli saat menempelkan telpon rumah ketelinga kirinya.

“ …………………………………… “

“Apa yang kau katakan?? Aku tak bisa mendengarnya.. terlalu berisik!” lanjut Sulli.

“ ………………………………….. “

“MWO?? APA KAU GILA??!!” ujar Sulli melebarkan matanya.

“ …………………………………. “

“YA!! Jangan membuat masalah…..

-Tut..tut..tut…-

“Yeobseo??!! Yeobseo?? YA!!” Sulli menutup telponnya dengan wajah kecut.

“Ada apa, Sulli-ah?? Apa yang dikatakan Krystal??” tanya Vic yang tahu kalau orang yang menelepon Sulli adalah Krystal.

“Aniya, eomma.. katanya dia ingin berkunjung kemari hari ini..” jawab Sulli.

“Eoh?? Kalau begitu, eomma akan memasak makanan enak hari ini..” lanjut Vic yang beranjak pergi kedapur.

“Ah, tidak perlu seperti itu.. eomma..??” Sulli mencoba mencegah tapi Vic sudah menghilang dari penglihatannya.

“Aiishh.. anak itu..” oceh Sulli yang mengacu pada krystal.

***

Matahari mulai tenggelam.. Seperti biasa, Sulli sedang menonton drama kesukaannya di dalam kamar sendirian. Tiba-tiba seseorang membuka pintu kamar Sulli dan memanggil namanya.

“YA!! CHOI SULLI!!”

Sulli menoleh, tapi setelah tahu siapa yang datang, wajah Sulli terlihat kecut.

“YA! Ada apa dengan wajahmu itu, eoh??” Orang itu menghampiri Sulli, ia memainkan kedua keningnya mendekati wajah Sulli.

“Apa kau tak rindu padaku, eoh??” lanjutnya tersenyum genit didepan Sulli.

“YA! Jung Krystal! Mau apa kau kemari??” tanya Sulli dengan wajah masam.

“YA! YA! Kau tak suka aku datang kemari, eoh??” Yeoja yang dipanggil krystal itu balik bertanya pada Sulli sambil memicingkan matanya.

“Bukan begitu.. Kalau kau datang kesini hanya untuk melibatkanku dalam masalah, lebih baik kau pulang!” jawab Sulli sedikit galak.

“Hahahaha.. Kau sudah tahu rupanya..” Ujar krystal sambil mengacak rambutnya yang tidak gatal.

“Aku sudah mengenalmu sejak kecil.. tentu saja aku tahu apa yang sedang kau pikirkan!” lanjut Sulli mengembungkan pipinya. Hal itu membuat krystal gemes (?), ia lalu mencubit pipi Sulli.

“Kau benar-benar jenius..” ujar krystal tersenyum lebar.

“Fuh.. sekarang katakan, kau terlibat masalah apa lagi kali ini??” tanya Sulli saat melepaskan jari-jari krystal yang sedang asik mencubit pipinya.

“Mm.. sebenarnya aku… tidak sedang terlibat masalah, tapi aku yang.. menimbulkan masalah..” ujar krystal kaku.

“Pabbo! Itu sama saja, neng..” Sulli menghembuskan nafasnya.

“Hahahaha.. maksudku seperti itu.. kekeke ..” lanjut krystal sedikit malu.

Sulli ikut tertawa kecil melihat tingkah krystal. Krystal adalah teman dekat Sulli, mereka sudah saling mengenal sejak kecil. Sulli sudah menganggap krystal seperti adik kandungnya sendiri. Tapi, Sulli tak tahan dengan sikap krystal yang suka berbuat sesuka hatinya tanpa mempergitungkan dulu akibatnya. Itulah mengapa krystal selalu mendapatkan masalah.

Krystal mulai menceritakan masalah yang sedang ia hadapi. Ternyata ia sering dibuntuti seseorang sudah hampir seminggu karena terlilit hutang. #apa hubungannya? #plaakk #authorGila -_-

“Jadi, izinkan aku tinggal disini beberapa hari ne.. aku mohon.” Ujar krystal memohon dengan memperlihatkan kedipan matanya.

“YA! Bagaimana kalau orang itu datang kemari??” tanya Sulli melirik krystal dengan ekor matanya.

“Itu tidak mungkin. Aku datang kemari sendirian, aku jamin orang itu tidak tahu tempat ini.” Jawab krystal merayu Sulli dengan aegyo’nya.

“Baiklah.. tapi ingat, aku mengizinkanmu tinggal disini hanya untuk beberapa hari sampai kau bisa melunasi utangmu itu!” lanjut Sulli beranjak pergi kekamar mandi.

“Kau terlalu kejam..! padahal aku berharap kau bersedia melunasi semua hutang-hutangku itu..” ujar krystal memanyunkan bibirnya.

Langkah Sulli terhenti mendengar ucapan krystal.. “MWO?!” Sulli membalikkan tubuhnya menatap krystal sedikit marah.

“Hahahahaha… aku bercanda..” ujar krystal tertawa lebar.

“YA! Kau mau mati, ya?!!” Sulli bergerak mendekati krystal, namun krystal segera menghindar.. hingga akhirnya terjadilah aksi saling mengejar didalam kamar itu.

***

Esoknya di Sung Yeon High School..

“Apa ada yang bernama Choi Sulli dikelas ini??” Tanya seorang namja tampan berambut pirang yang sedang berdiri di depan pintu kelas.

Semua mata menoleh pada Sulli.. “Eoh? Itu aku.. ada apa??” tanya Sulli pada namja itu.

“Ada hal penting yang ingin ku tanyakan.. datanglah ke lantai bawah dekat tangga didepan ruang 3-B saat pulang nanti..” lanjut namja itu tersenyum kemudian beranjak pergi.

“Eoh?” Sulli bingung..

“Hey, kau kenal dia??” tanya seorang yeoja pada Sulli. Sulli menggeleng.

“Eoh? Kau tidak kenal dia? Lalu untuk apa dia menyuruhmu menemuinya?” tanya seorang yeoja lainnya.

“Molla..” jawab Sulli singkat. Sulli terlihat tak peduli sama sekali. Hyera melirik Sulli dengan tatapan judesnya.

“Ya! Apa kalian melihat Choi Minho??” tanya hyera tiba-tiba pada siswa lelaki yang ada dihadapannya.

“Ani.. aku belum melihatnya sampai saat ini..” jawab salah seorang temannya.

“Apa dia sedang sakit? Andai saja aku tahu alamat rumahnya..” gumam Hyera.

“Ah.. benar juga! Bukankah Choi Sulli bertetangga dengannya?” ujar Ketua kelas yang berhasil mengalihkan pandangan setiap orang..

“Bukankah begitu??” lanjut ketua kelas melirik Sulli.. semua mata mengarah pada Sulli. Begitu juga dengan Hyera, menatap Sulli seakan tidak percaya. Sulli sedikit terkejut tetapi terlihat santai.

“MWO?? Apa itu benar?!!” tanya hyera kesal.

“Itu benar! Tapi aku jarang melihatnya..” jawab Sulli santai. Hyera membuka lebar matanya.. ia menghentakan meja dengan telapak tangannya kemudian pergi meninggalkan kelas dengan wajah kesal. Sulli tak peduli.

“Sulli-ah, sepulang dari sekolah nanti bisakah kau pergi kerumahnya??” pinta ketua kelas tiba-tiba.

“Eoh? Untuk apa??” tanya Sulli kaget.

“Berikan surat ini padanya.. aku tidak tahu apa yang terjadi, wali kelas memintaku untuk memberikan surat ini pada Minho..” lanjut ketua kelas.

“Kenapa harus aku? Kau saja yang memberikan surat itu!” ujar Sulli sambil menolak Surat yang ada dihadapannya.

“Aku harus menjenguk adikku dirumah sakit malam ini.. Aku benar-benar memohon padamu, Sulli-ah??”

Sulli menghembuskan nafasnya, melirik surat itu dengan malasnya. Akhirnya Sulli mau mengambil surat itu  dengan terpaksa.

3 jam kemudian..

“Maaf, kau siapa?” tanya Sulli sedikit malas pada namja tadi yang meminta Sulli untuk menemuinya.

“Eoh.. aku Jonghyun, seniormu..” jawabnya.

Sulli menatap Jonghyun menyelidik “Hal apa yang ingin kau tanyakan?”

“Ah.. ku dengar kau punya kaset CD Drakor ‘Master Sun’. Bolehkah aku meminjamnya?” lanjut namja yang bernama jonghyun itu.

“Eoh? Master Sun?” Sulli mengangkat kedua keningnya.

“Benar.. tapi tenang saja, aku akan mengembalikannya dalam waktu 3 hari..” ujar jonghyun.

“Mm.. aku akan meminjamkannya padamu besok..” ujar Sulli sambil melihat jam tangannya.. “Aku harus pulang sekarang!” lanjut Sulli.

“Ah, izinkan aku mengantarmu.. bagaimanapun juga rumahku satu jalur dengan rumahmu..”

“Ah.. tidak perlu.. aku bisa pulang sendiri..” ujar Sulli beranjak pergi meninggalkan jonghyun. Raut wajah jonghyun berubah menyeramkan saat Sulli semakin menjauh dari pandangannya.

***

Malam harinya…

Krystal mondar mandir dikamar Sulli karena cemas Sulli belum kembali. Victoria, ibu Sulli menelpon krystal sore tadi dan mengatakan kalau malam ini Vic akan lembur dikantornya.

Krystal menengok keluar jendela, memastikan kalau Sulli sudah berada didepan. Namun yang dilihat krystal bukan Sulli, melainkan Minho. Krystal sudah bisa menebak kalau Minho adalah siswa di Sung Yeon High School karena dilihat dari seragam yang dipakai Minho. Krystal mencoba bertanya pada Minho, ia keluar dari rumah dan pergi menemui Minho.

“Permisi.. kau siswa di Sung Yeon High School, bukan??” tanya krystal begitu melihat Minho membuka pagar rumahnya. Tapi Minho tak menoleh.

“Maaf, apa kau kenal Choi Sulli??” tanya krystal lagi. Namun masih tak terdengar jawaban dari Minho. Krystal kesal, ia memustuskan untuk kembali kerumah Sulli tapi langkahnya terhenti saat melihat mobil sport putih berhenti tepat dihadapannya.

“Sulli?!!” ujar krystal saat melihat Sulli keluar dari mobil itu. Minho menoleh.

“YA! Choi Sulli! Dari mana saja kau? Apa kau tahu aku mencemaskanmu??” tanya krystal sedikit memarahi Sulli.

“Ah, mian.. aku…”

“Aku mengajaknya pergi ketoko buku sepulang sekolah. Maafkan aku..” Ujar namja yang sedang memegang setir mobil. Namja itu adalah Kim Jonghyun.

“Ah~ begitu rupanya..”Krystal mengangguk. Tapi tiba-tiba ia mendekati Sulli dan berbisik.. “Ya! Siapa dia? Tidak biasanya kau membawa lelaki kerumahmu..” bisik krystal diam-diam.

“Aku juga baru mengenalnya tadi pagi.. Jangan berpikiran buruk! Dia sendiri yang memaksaku masuk kedalam mobilnya. Aku benar-benar membenci lelaki seperti itu!” jelas Sulli dalam bisikannya.

“Jinjja??” Krystal melirik namja itu. “Ya! Kuharap dia orang baik.” Lanjut krystal berbisik.

“Sudahlah! Ayo kita masuk!” ujar Sulli tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Jonghyun.

“Ah.. Terimakasih sudah mengantar Sulli..” ucap krystal tersenyum.

“Ah, jangan sungkan..” ucap Jonghyun membalas senyum krystal.

“Kami masuk dulu.. hati-hati dijalan ne..” lanjut krystal.

Setelah Sulli dan krystal masuk, terlihat kembali rautan wajah jonghyun yang tiba-tiba menyeramkan bagai tatapan seorang pembunuh. Ia menatap tajam rumah Sulli, seperti sedang mencari sesuatu. Minho yang masih berada didepan pagar rumahnya dapat merasakan apa yang jonghyun lakukan. Minho membalikkan tubuhnya, menatap jonghyun lekat. Tiba-tiba, hembusan angin bergerak pelan diantara keduanya. Jonghyun menoleh pada Minho. Mereka berpandangan, mata mereka bertemu. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba segelintir petir bergemuruh diatas langit. Menandakan akan ada badai besar dimalam ini.

***

“Diluar sangat menakutkan..” ujar krystal saat mendengar suara petir, dan melihat warna langit yang sudah berubah mendung hingga bintang-bintang yang menjadi lukisan Tuhan itu kini tak dapat dilihat lagi.

“Eoh?? Sulli-ah, lihat ini!” ajak krystal pada Sulli saat menengok keluar jendela.

“Apa??” tanya Sulli malas.

“Namja itu.. apa yang dia lakukan diluar saat cuaca buruk seperti ini??”

Sulli terkejut melihat Minho berdiri didepan pagar rumahnya (Minho) sendiri.

“Eoh? Apa dia baru pulang?” gumam Sulli.

“Ani! Dia sudah lama berdiri disitu sebelum kau datang tadi..” ujar krystal yang mendengar gumaman Sulli.

“Jinjja??” Sulli terkejut.. “Lalu kenapa masih disitu??” tanya Sulli pada dirinya. “Eoh.. dia menggunakan seragam sekolah, tapi kenapa dia tidak masuk kelas tadi pagi?” batinnya yang terlihat sedang berpikir keras.

“YA! Kau mau kemana??” tanya krystal sedikit berteriak melihat Sulli keluar dari kamarnya dengan terburu-buru.

Sulli keluar dari pintu rumahnya, ia melangkah mendekati pagar rumahnya tapi tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Sulli segera kembali kedalam rumahnya, tapi langkahnya terhenti saat melihat Minho yang masih berdiri dengan kepala tertunduk didepan pagar rumahnya.

“Apa dia sudah gila??” gumam Sulli memperhatikan Minho yang seluruh tubuhnya sudah basah karena hujan.

“Ah~ itu bukan urusanku!” ujarnya beranjak masuk tapi entah kenapa langkah Sulli terhenti lagi. Dengan cepat ia mengambil payung dari lemari kecil yang merapat kedinding disudut ruangan. Ia berlari membuka pagar rumahnya dan menghampiri Minho.

“YA! Sedang apa kau diluar?? Apa sekarang kau takut masuk kedalam rumahmu sendiri??” tanya Sulli disebelah Minho.

Minho tak menjawab.. kepalanya tertunduk kebawah. Matanya terbuka tapi terlihat lemas. Ia meletakan tangan kanannya didepan pagar rumahnya. Seperti sedang menopang berat tubuhnya.

“YA! Aku sedang bertanya padamu, apa kau tak mendengarnya?!!” Sulli menarik lengan Minho agar ia bisa melihat wajahnya. Sulli terkejut saat melihat wajah Minho yang pucat. Minho merasakan kepalanya pusing seperti sedang berputar-putar, ia mencoba menatap Sulli namun penglihatannya pudar.

“YA! Wae keure??” tanya Sulli yang tanpa sadar khawatir akan keadaan Minho.

Semakin lama, wajah Minho terlihat lemas.. ia sudah tidak mampu berdiri menahan berat tubuhnya. Sulli terkejut saat Minho jatuh tepat dipelukannya tanpa disengaja hingga payung yang dibawanya tadi terlepas dari tangannya. Selang beberapa lama, Guyuran hujan membasahi keduanya dimalam hari nan gelap itu diselimuti udara yang dingin.

TBC…

Wah, mianhae telat kkkk 😀

tetap kasih komentarnya dong ^^

Chapter 1 ~The Rain Falls (60 Seconds)~

ajaib

FF MINSUL

~The Rain Falls (60 Seconds)~

Main cast : Sulli & Minho

Other cast : Jonghyun (SHINee) | Vic F(x) | Nickhun 2PM

Genre : Sad, romance, fantasy (?)

Length : Chapter 1-3

Author : Bella Muliawaty

 

Cerita ini terinspirasi dari salah satu Novel Terjemahan karya penulis yang tidak dikenal (?) hehe.. saya lupa nama pengarangnya. #plaakk

Cerita ini BUKAN cerita Horror. Tapi mungkin saat membacanya, readers akan berpikiran bahwa cerita ini mengandung hal-hal diluar akal pikiran manusia. Cerita ini lebih condong pada suatu khayalan (fantasy belaka). Ada part SAD-nya juga .. Hahaha XD Okke, langsung saja dibaca ne.. Jangan lupa tinggalkan Jejak (komentar).

~Happy Reading~

 

♪♪ ~ Naega saraganeun iyu neo hanaya..

Naega sumeul swineun iyu neo hanaya..

Gaseumi teojilgeotcheoreom bulleoboneun han saram neoya..

Nae maeume saegingeon neo hanaya… ~♪♪

 

 “……Hanya karena nasib konyol yang tak kita ketahui… aku tak ingin kehilangan dirimu sekarang…”

“……Nasib kita … berakhir disini!!”

“Neo… jigeum… apa yang kau katakan??”

“Ini permintaan terakhirku.. Kita akhiri saja semuanya disini, Dam Yeo Wool!”

Rautan wajah Sulli terlihat sedih saat menyaksikan drama favoritnya ‘Go Family Book’ di episode 22 saat Kang Chi memutuskan hubungan dengan Dam Yeo Wool. Sulli tak henti-hentinya meneteskan air mata saat mendengar ucapan Kang Chi dalam drama itu. Ia tak bisa membayangkan bagaimana rasa sakit hati yang dirasakan Yeo Wool saat lelaki yang sangat dicintainya memutuskan hubungan cinta kasih mereka berdua.

Sudah seminggu lebih, Sulli mengurung diri sendirian didalam kamar hanya untuk menonton drama kesukaannya itu. Ibunya, Vic merasa aneh sekaligus khawatir akan sikap yang ditunjukkan anak gadisnya.

“Sulli-ah.. buka pintunya, nak.. apa kau sedang menonton drama itu lagi??” tanya Vic sambil mengetuk pintu kamar Sulli. Sekali-kali ia mendekatkan wajahnya kelubang gagang pintu tempat memasukkan kunci untuk mengintip Sulli.

Vic memegang gagang pintu dan berhasil membukanya.. “Ternyata tidak dikunci..” Gumam Vic mengernyitkan dahinya.

“Sulli-ah, apa kau tak mendengar Ibu memanggilmu??” tanya Vic sedikit marah.. tapi tak ada jawaban apapun dari Sulli.

“Eoh..? Dia tidur??” lirih Vic saat melihat anak gadisnya tidur disebelah rak tv yang merapat kedinding dengan wallpaper hello kitty yang minimalis.

Vic mengangkat tubuh Sulli keatas ranjang king size-nya.. menyelimuti sulli kemudian menata kembali kamar Sulli yang berantakan. CD-nya berserakan dimana-mana.. Setelah semuanya beres, Vic membelai lembut rambut Sulli kemudian berlalu pergi.

Angin malam masuk menyentuh tubuh Sulli yang tertidur lelap didalam kamarnya yang berada dilantai 2.

***

Mentari pagi menepis butiran embun di Kota Seoul. Sepasang kaki jenjang milik gadis cantik melangkah masuk kehalaman Sung Yeon High School, sekolah terbaik yang telah melampaui Korea dan bergabung dengan jajaran sekolah terbaik didunia. Sulli melangkah masuk kedalam kelasnya. Suasana kelas hening, hal itu membuat Sulli bosan.

Tak berapa lama, wali kelas mereka masuk ke dalam ruangan. “Ada teman baru yang ingin ku kenalkan, dia murid pindahan..” ujar wali kelas. “Masuklah..” lanjutnya.

Langkah kaki itu masuk melewati deretan kanan bangku dan meja siswa hingga berhenti di samping meja guru yang membelakangi papan tulis.

“Perkenalkan dirimu..” ujar wali kelas. Sulli menoleh kearah murid baru itu.

“Joneun Choi Minho imnida. Perlakukan aku dengan baik.” Ujar namja itu dengan sedikit cuek.

“Dia tampan..” ujar seorang yeoja yang duduk disebelah Sulli.

“Duduklah disana..” ujar wali kelas sambil menunjuk kursi kosong dideretan ke tiga bagian tengah.

Namja itu pergi menuju tempat duduknya.. semua mata melirik namja yang bernama Choi Minho itu. Sulli juga sempat melirik tapi kembali meluruskan pandangannya.

Tiba jam istrahat..

#Dikantin Sekolah

Sulli terlambat masuk kekantin sehingga ia harus mengantri diurutan ke 2 dari belakang. Antrian sangat panjang, bahkan ada yang saling berebut posisi untuk bisa segera mendapatkan makanan mereka.

“Ini salahku tertidur didalam kelas tadi..” oceh Sulli pada dirinya sendiri.. “Sangat membosankan menunggu seperti ini..” lanjutnya.

Tak lama kemudian, akhirnya Sulli bisa memegang wadah besar yang dipenuhi makanan lezat di atasnya. Sulli mencari tempat kosong untuk diduduki, tapi semuanya sudah penuh. Ia mengedarkan pandangannya melihat sudut kantin dan berhasil menemukan tempat yang kosong. Ia mempercepat langkahnya mendekati bangku kecil itu. Namun ia tak menyadari sebuah sepatu yang dipakai seseorang menghalangi langkahnya hingga ia jatuh tersungkur. Makanan yang dibawanya ikut tumpah berserakan dilantai. Sulli mendapati goresan kecil dilengannya, ia mengerang kecil. Merasakan sakit dilengannya serta lutut kirinya.

“Hahaha.. YA! Choi Sulli! Apa kau sedang berlutut padaku sekarang??” Seorang yeoja berambut pirang itu menertawai Sulli dengan nada mengejek.

Sulli menatap yeoja itu, ia memicingkan matanya.. Sulli mencoba berdiri sambil tetap menatap dingin wajah gadis jahat yang sekelas dengannya itu. Hyera, nama gadis itu. Entah kenapa ia sangat membenci Sulli bahkan sering mengerjai Sulli.

“Omooo.. lenganmu berdarah. Maafkan aku.. hahahaha” lanjut Hyera seakan tak peduli pada Sulli.

“APA KAU SUDAH GILA?!!” bentak Sulli. Hyera berdiri menghadap Sulli dengan memperlihatkan tatapan jahatnya.

“YA! Kau berani membentakku, eoh?!! Kau tau siapa……”

“CEEERRSS..”

Belum sempat hyera melanjutkan ucapannya, Sulli melayangkan jus tomat yang ada diatas meja kewajah hyera. Hyera mematung sambil membuka lebar mulutnya.

“YA!” hyera mengambil sebuah gelas lain yang berisi jus jeruk lalu melayangkannya kearah wajah Sulli tapi dengan cepat Sulli menghindar dan tak disangka jus jeruk itu mengenai wajah seorang namja yang sempat berjalan santai dibelakang Sulli. Hyera terlonjak kaget melihat wajah namja itu yang tak lain adalah Choi Minho, si murid pindahan. Sulli pun begitu terkejut. Suasana hening seketika, semua mata tertuju pada mereka.

Minho menghembuskan nafas beratnya, ia menghapus sisa jus yang melekat diwajahnya karena mulai mengering. Kemudian dengan cepatnya menatap Sulli yang ada di hadapannya. Minho mempertajam tatapannya sehingga Sulli melebarkan matanya dan refleks bergerak mundur.

Hyera mendorong tubuh Sulli menjauh dari hadapan Minho dan kemudian hyera mendekati Minho serta memegang lengannya. “Kau tidak apa-apa, Minho-ssi??” tanyanya. Minho tak menjawab. Ia malah menjauhkan tangan hyera dari lengannya kemudian pergi meninggalkan tempat itu dengan wajah kesal.

-Skippà

Pelajaran hari ini berakhir. Sulli menyusuri trotoar dengan langkah kakinya yang sangat pelan. Untung saja jarak dari sekolah sampai kerumahnya hanya berjarak 200 m. Jadi, Sulli tidak perlu khwatir jika harus berjalan kaki sendirian pergi kesekolah begitupun saat pulang seperti saat ini.

Sulli akhirnya sampai didepan rumahnya.. ia membuka pintu pagarnya, akan tetapi…

“PRAAANG!!”

Terdengar suara benda pecah dari arah belakangnya. Sulli membalikkan tubuhnya dan memandangi rumah besar yang bersebrangan dengan rumahnya. Rumah itu kusam dan sudah sangat tua. Sudah hampir 5 tahun, rumah itu tidak ditempati orang. Sulli merasa bulu kuduknya merinding saat melihat cahaya putih dibalik tirai yang menutupi jendela tua dilantai atas dari rumah itu.

“AAAAARRGGHHH!!”

Kali ini Sulli mendengar jeritan seseorang dari rumah itu. Tubuh Sulli bergetar, keringatnya bercucuran, matanya terbuka lebar. Tanpa basa-basi, Sulli langsung masuk kedalam rumahnya, menerobos pintu kamarnya dan bersembunyi dibalik selimutnya.

“A..aapa.. i..tu..??” ungkap Sulli begitu ketakutan.

Kenapa Sulli begitu ketakutan??

Saat terdengar jeritan seseorang dari dalam rumah itu, tiba-tiba tirai jendela rumah tua itu mulai membuka celah. Saat itu juga Sulli melihat bayangan hitam seperti benda seukuran kepalan tangan melayang-layang disekitar jendela. Apalagi dengan adanya cahaya putih yang tiap hitungan detik dilihat Sulli, bayangan benda itu terpantul jelas ditirai yang menutupi jendela tua itu.

“Sulli-ah, ada apa?” tanya Vic yang melihat Sulli masuk kedalam rumah dengan wajah yang pucat pasi.

“Eoh.. eomma??” Sulli menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya dan langsung memeluk ibunya.

“Wae keure, Sulli-ah?” tanya Vic mencoba melepaskan pelukan Sulli.

Sulli tak menjawab tetapi mempererat pelukannya.

“Tunggu sebentar, eomma ambilkan air putih untukmu..” Vic melepas lembut tangan Sulli yang melingkari pinggangnya.

“Eomma, changkaman..” ucap Sulli. Vic menatap Sulli.

“Apa rumah yang ada didepan rumah kita ada penghuninya??” tanya Sulli penasaran.

“Eoh??” tanya Vic heran.

“Rumah tua itu.. apa ada penghuninya??” tanya Sulli lagi.

“Aaah, rumah itu? Benar. Rumah itu ada penghuninya.” Jawab Vic santai.

Sulli melebarkan matanya.. “Ne? Apa … penghuninya, HANTU?”

“Apa yang kau bicarakan?? Penghuni rumah itu manusia, Sulli-ah. Dia baru saja pindah kesini tadi malam. Tadi pagi, eomma sempat bertemu dengannya. Dia sangat tampan. Bahkan ketampanannya mengalahkan ayahmu..” Vic berbicara dengan gayanya yang alay seperti membayangkan wajah seseorang.

Sulli geli dan sedikit jijik melihat tingkah ibunya yang seperti itu.

“Apa eomma sedang bermimpi?? Baru saja aku mendengar jeritan aneh dari rumah itu .. bahkan aku melihat… aku melihat… Hantu!” ujar Sulli masih merasa takut.

“Hahahaha.. Sulli-ah, Kau terlalu sering menonton drama..” celoteh Vic. “Cepat bersihkan tubuhmu.. eomma sudah menyiapkan makanan untukmu di bawah.” Ujar Vic berlalu meninggalkan Sulli.

“Fuh..” Sulli menghembuskan nafasnya. “Jadi, ada yang tinggal dirumah itu? Manusia? Tapi, benda apa yang kulihat tadi? Dan cahaya apa itu?” Sulli bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

***

Esoknya di dalam kelas..

Seorang gadis berambut pirang menghampiri Minho. Benar, gadis itu adalah Hyera. Gadis yang membuat keributan kemarin dikantin.

“Minho-ssi, Maaf soal kemarin. Jinjja Mianhae.” Ujar hyera.

Minho tak menggubrisnya, ia terlihat sibuk membaca komik yang ada ditangannya. Hyera menundukkan kepalanya, merasa malu karena Minho tak mempedulikan keberadaannya. Hyera tiba-tiba menoleh kerarah Sulli.

“YA! Choi Sulli!” Panggil hyera. Sulli pura-pura tak mendengar. Hyera kesal dan akhirnya menghampiri Sulli.

“YA! Apa kau ingat kejadian kemarin? Itu juga SALAHMU!” ujar hyera sedikit membentak Sulli.

Sulli tersenyum geli.. “Mwo? Salahku??” Sulli tertawa kecil.

“Benar!! Kau harus minta maaf!” lanjut hyera.

“Apa kau sedang bercanda sekarang? NAEGA WAE?!!” tanya Sulli memelototkan matanya.

“YA! Kau duluan yang melayangkan jus tomat kewajahku!!” ucap hyera tak mau mengalah.

“Tch.. Apa kau lupa?? Siapa yang memulai keributan itu??” Sulli balik bertanya. Hyera merasa terpojokkan (?)

“YA!

“Itu masalahmu. Jangan kaitkan aku!!” lanjut Sulli.

YA! Kau mau mati ya??!!!” Hyera mengangkat sebelah tangannya. Minho menoleh tapi tak beranjak dari kursinya. Tiba-tiba..

“Ada apa ini??” Guru pengajar M.M masuk kedalam kelas. “Lee Hyera, Choi Sulli.. apa yang terjadi disini?? Kalian berdua ikut saya!” lanjutnya.

-Skippà

“Hari yang membosankan..” ungkap Sulli saat ia berjalan menyusuri trotoar dengan langkah yang berat sambil menggenggam sebuah minuman kaleng yang penutupnya masih tertutup rapat.

“Tap..Tap..Tap..” Suara langkah seseorang terdengar dari arah belakang. Sulli sangat jelas mendengarnya. Ia melirik dengan ekor matanya. Suara langkah kaki itu semakin dekat dengan Sulli. Sulli mengatur nafasnya, mengumpulkan segenap kekuatan kemudian membalikkan tubuhnya. Tanpa sadar Sulli melayangkan pukulan kearah si pemilik langkah kaki itu dengan menggunakan kaleng yang digenggamnya sedari tadi.

“Pergi Kau!! Jangan ganggu aku!!” teriak Sulli tanpa memperhatikan wajah si pemilik langkah kaki itu.

“Uuugghhh!!” jerit pemilik langkah kaki itu.

“Jeritannya bisa kudengar. Tu..tungg..u, apa dia……??” batin Sulli curiga..

“YA!!APA YANG KAU LAKUKAN?!!” bentak pemilik langkah kaki itu yang tak lain adalah seorang namja.

“Eoh..?? Ne..o.. manusia..??” tanya Sulli tak percaya bahwa pemilik langkah kaki yang mendapat pukulan kalengnya adalah CHOI MINHO.

“APA KAU GILA?!!” bentak Minho dengan tatapan dinginnya.

Sulli tanpa sadar menutup mulutnya dengan jemari lentiknya, ia melebarkan matanya..

“Aahh, Mianhae.. aku pikir kau… Aniya, Maafkan aku.” Ujar Sulli menyesal.

Minho menghembuskan nafasnya. Merapikan seragam sekolahnya.. kemudian menatap Sulli dingin. Sulli mengerutkan dahinya.

“Apa.. kau mengikutiku, eoh?” selidik Sulli. Minho tak menjawab.

“Minggir!” ujarnya singkat. Ia mendorong bahu Sulli.

“YA! Kalau begitu, kenapa kau…? ……Eoh??” Sulli terkejut melihat Minho berjalan menuju rumah tua yang berhadapan dengan rumahnya.

Sulli membuka mulutnya.. “Apa dia.. tinggal dirumah itu??” Sulli benar-benar terkejut. “Jadi, orang yang dimaksud eomma.. adalah.. DIA??” gumam Sulli.

TBC…

“This is me, This is Not Me” Part#7

 1376227_1424328831127414_1189473099_n

“This is me, This is Not Me”

Part#7

Author : Bella Muliawaty

Main Cast : Minho (SHINee) – Sulli F(X)

Support cast : Heecul | Victoria | Ji-yeon | Onew

Genre : Fantasy, Horor, Romance

Sulli merasakan sesak dibagian dada saat Onew menatapnya seperti itu.. Ia membelakangi Onew. Tak berapa lama, akhirnya Sulli meninggalkan ruangan tamu itu. Minho mengikutinya.

“Siapa sebenarnya Namja itu ?? Gumam Sulli dan tak sadar Minho kini sudah berada di sampingnya.

“Omo.. Kau mengagetkanku..!!” Ujar Sulli.

“Mianhae.. kau terlihat gelisah.. Ada apa??” tanya Minho.

“Eoh? Aniya..” elak Sulli.

“Lalu kenapa kau langsung keluar setelah melihat namja itu?”

“Siapa bilang aku keluar karna namja itu??” Sulli kesal.

“Arraseo.. arraseo.. Lupakan saja.” ujar Minho.. “Aku harus pulang sekarang.. Kau masuklah!” lanjutnya.

“Sekarang??” tanya Sulli menatap Minho.

“Eoh, sekarang.. kau masuklah..” jawab Minho sambil menyuruh Sulli masuk. Sulli terpaksa mengikutinya. Saat itu juga Minho melihat Onew sedang memandangi mereka dengan tatapan tajamnya itu.

“Changkaman..” Minho tiba-tiba memegang lengan Sulli.

Sulli berbalik.. “Eoh??”

“Datanglah di dekat kolam besok.. ada sesuatu yang ingin kuberitahu padamu..” Ucap Minho.

“Mm.. apa itu?? Katakan disini saja..” pinta Sulli. Minho menatap lekat Sulli.

“Sekarang waktunya tidak tepat, aku harus pulang..” Minho melangkah mundur. “Masuklah..” Lanjutnya..

Sulli mengernyitkan dahinya.. “Kau aneh..” Ujar Sulli singkat.

Minho terkekeh.. “Masuklah Sulli-ah..??” Minho menyentuh puncuk kepala Sulli. Hal itu membuat Sulli merasakan desiran dihatinya. Jantung Sulli ber-irama cepat..

“Eoh.. arraseo..” ucap Sulli canggung..

“Mm? Sekarang kau yang telihat aneh..” goda Minho.

“A..ani!!” tangkis Sulli.

“Aku sudah melihat semua ekspresimu.. Kau satu-satunya yeoja yang memiliki banyak ekspresi.. tapi… ” Lanjut Minho terkekeh.

“YA! Apa maksudmu?? Tapi apa, eoh?” tanya Sulli.

Minho tersenyum.. “Tapi.. kau manis.. neomu yeppeo..” Kalimat itu keluar dari bibir Minho. Sulli terkejut mendengarnya..

“Ahahaha.. lihat ekspresimu itu..” Minho menggoda Sulli.

“Yakk!!” Sulli kesal digoda Minho. Tapi, sebenarnya dia sangat senang.

“Hehe.. masuklah.. Aku harus pulang sekarang..” ujar Minho.

“Sudah berapa kali kau mengatakan hal itu.” Sulli menyipitkan matanya.. “Baiklah, kau pulanglah..” ucap Sulli jutek..

“Haha .. Baiklah.. sampai nanti ne..? Ingat, kau harus datang..!!” ucap Minho.

“Eoh.. arraseo..” jawab Sulli tersenyum..

Sementara itu, Onew masih memandangi Sulli dan Minho dibalik pintu. Ia mengepalkan kedua tangannya.. kemudian berlalu meninggalkan tempat itu.

***

Matahari pagi menyelinap masuk melalui celah jendela milik yeoja berparas cantik yang kini masih sibuk beradu dengan selimutnya. (?)

“Non, bangun, non..” Jiyeon mencoba membangunkan Sulli.

“Mm… “ Sulli perlahan membuka matanya.

“Nyonya Besar sedang menunggu Nona di ruang makan.” Lanjut jiyeon.

“Ne, arraseo..” ucap Sulli malas kemudian menggerakkan tubuhnya untuk bangun.

……..

“Selamat pagi Sulli-ah?? Cucu Nenek yang paling cantik ..” Sapa Nenek Choi saat melihat Sulli mendekati meja makan.

Sulli tersenyum .. “Selamat pagi Nek..” Sulli duduk di samping Neneknya dan posisi itu membuat Sulli mampu menatap lekat wajah Onew yang kini duduk di depannya sambil menyantap makanan diatas meja tanpa mempedulikan kehadiran Sulli.

“Namja ini aneh..” batin Sulli yang merasa sikap Onew aneh karena kemarin dengan jelasnya Onew menatap Sulli lama bahkan tanpa berkedip hingga membuat dadanya sesak tapi sekarang, Onew seperti tak memperhatikan Sulli bahkan seperti orang yang tengah asyik dengan dunianya sendiri, onew terlihat lahap menyantap makanan yang ada di depannya. Sulli yang melihatnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Kenapa Sulli-ah?” tanya Nenek yang sadar akan sikap Sulli.

“Mm.. ? Tidak, Nek..” elak Sulli.

Nenek tersenyum.. “Kenapa diam saja?? Apa kalian sudah saling bicara??” tanya Nenek.

“Ne??” Sulli memandangi Onew. Tapi Onew seperti tak mempedulikannya.

“Kami sudah bicara..” jawab Onew tiba-tiba tanpa melihat Sulli.

“Benarkah??” tanya Nenek..

Sulli kesal pada Onew karna kebohongannya.. “Halmoni, eomma dimana??” tanya Sulli mengalihkan topic pembicaraan.

“Eoh.. ibumu sedang keluar sebentar. Katanya ingin menemui seseorang.”

“Seseorang? Siapa,  nek?”

“Eomma tidak sempat menanyakannya.. Mungkin teman lama ibumu..” lanjut Nenek.

“Oohh.. begitu..” Sulli mengerti.. tapi ia merasa khawatir pada eomma-nya. “Kenapa perasaan seperti ini sering muncul??” Gumam Sulli.

“Apa yang kau gumamkan, Sulli-ah??” tanya Nenek.

“Eoh.. tidak, Nek.. bukan apa-apa..” jawab Sulli.

***

Dari sudut kota terkiaslah cahaya sang mentari menyelusuk masuk disetiap celah bangunan-bangunan megah di kota Seoul. Begitupula dengan salah satu bangunan café yang ada ditengah kota besar ini. Terpampanglah seorang yeoja cantik sedang duduk rapi di depan meja kayu bernuansa clasik yang tengah menunggu seseorang.

Benar, yeoja itu adalah Victoria, Ibu Sulli. Tak ada yang tau, Vic datang ke kota hanya untuk menemui seorang lelaki yang disebut-sebut sebagai Suaminya itu yang dikabarkan masih hidup.

Sudah berapa lama Vic menunggu, tapi lelaki itu tidak nampak juga dari pandangannya. Vic kecewa dan memutuskan untu pergi, namun seseorang memanggilnya.

“Vic..” suara berat itu mengalihkan pandangannya Victoria.

Vic menoleh.. “Mr. Kim??”

Vic memperhatikan sekelilingnya.. “Dimana suamiku..??” tanya Vic pada Mr.Kim karena tak melihat suaminya.

“Maafkan aku..” jawab Mr. Kim menatap lekat Vic.

“Ada apa, Mr.Kim? Di mana suamiku??” tanya Vic.

Mr. Kim terlihat ragu.. “Sebenarnya…”

“Sebenarnya, aku … Suamimu..” ucap Mr.Kim.

TBC againnnn kkkk 😀

“This is me, This is Not Me” Part#6

Image

 

“This is me, This is Not Me”  Part#6

Author : Bella Muliawaty

Main Cast : Minho (SHINee) – Sulli F(X)

Support cast : Heecul | Victoria | Ji-yeon | Onew

Genre : Fantasy, Horor, Romance

 

 

“Sulli-ssi.. ireona!! Sulli-ssi??”

 

Minho terus berusaha untuk memompa jantung Sulli menggunakan kedua tangannya, namun Sulli tak memperlihatkan tanda baiknya.

 

“Aisshh.. apa yang harus kulakukan sekarang?? Gumam Minho.

 

Minho mulai mendekati wajah Sulli, mengangkat kepala Sulli untuk memberikan nafas buatan. Tapi Minho terlihat canggung saat menatap bibir Sulli. 

 

“Tak ada pilihan lain.. hanya ini yang bisa kulakukan..” Gumamnya..

 

Minho perlahan menempelkan bibirnya pada bibir Sulli dengan tujuan memberikan nafas buatan agar Sulli segera sadar.

 

“Uhuukk..uhukk..” Sulli mengeluarkan air dari mulutnya.

 

“Gwaenchana..??” tanya Minho cemas.

 

“Uhuuukk.. eoh..” Sulli hanya mengingat kalau ia dan Minho jatuh di sungai. Ia segera menggerakkan tubuhnya agar bisa bangun. Minho membantunya.

 

Mereka mencari tempat untuk berteduh karena hujan masih mengguyuri kebun milik Nenek Choi itu. Hingga berhentilah mereka disebuah pondok kecil yang beralaskan papan kayu.

 

Sulli menggigil kedinginan. Minho menyuruh Sulli untuk menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya.

 

“Bertahanlah sebentar.. aku akan mengantarmu saat hujan mulai reda.” Ucap Minho.

 

“Mianhae..” ujar Sulli tiba-tiba.

 

“Eoh?? Untuk apa??” tanya Minho.

 

“Karena aku tidak hati-hati, dan juga.. aku mendorongmu..” Sulli merasa bersalah.

 

Ani.. kau tak perlu merasa bersalah..” Ujar Minho “Akulah yang merasa bersalah padamu.. Mianhae..” Lanjutnya.

 

“… Mm? Maksudmu??” Sulli tak mengerti.

 

“… Aku…“ Minho menggigit bibir bawahnya. “Aku… eum.. maksudku…” Minho terlihat canggung.

 

Sulli merasa bibirnya basah, awalnya ia mengira akibat air hujan yang membasahi mereka tadi. Tapi, tanpa ragu ia menoleh pada bibir Minho. Ada sedikit kecanggungan padanya saat melihat bibir Minho memerah. Sulli menatap mata Minho, Minho pun begitu..

 

“Apa mungkin… kita…” Sulli menggantungkan pertanyaannya.

 

“A.. ani.. tidak seperti itu.. Aku… hanya memberikan nafas buatan padamu, tak ada maksud apa-apa..” Ucap Minho canggung sehingga menurunkan pandangannya. Sulli mematung mendengar pengakuan Minho.

 

“Mianhae..” lirih Minho.

 

Sulli tak tau apa yang harus diucapkannya. Ia membelakangi Minho sambil menyentuh bibirnya..

 

“Eum.. “ Minho mendekati Sulli. Sulli dengan cepat membalikkan tubuhnya dan sedikit bergerak mundur.

 

“E..eum… Kurasa hujan sudah reda. Aku harus kembali..” Sulli beranjak pergi.

 

“Aku akan mengantarmu..” Ujar Minho saat menahan Sulli pergi dengan menyentuh pundaknya. Sulli menatap Minho.

 

“A..aku bisa pulang sendiri..”

 

“Kajja!” Minho memegang lengan Sulli. Mereka pergi meninggalkan tempat itu.

 

***

 

Di rumah Nenek Choi..

 

“Apa Sulli belum pulang??” tanya Nenek Choi pada Jiyeon.

 

“Sepertinya belum, Nyonya. Kalau Nyonya Besar mengijinkan, saya akan menjemput nona sekarang.” Jawab Jiyeon.

 

“Tidak perlu. Aku mempercayai pemuda itu..” Nenek tersenyum, tapi jiyeon cemburu mendengar ucapan Nenek. “Tolong siapkan saja air hangat untuk Sulli..” Lanjut Nenek.

 

“Baik, Nyonya..” Jiyeon segera pergi ke kamar Sulli.

 

Beberapa menit kemudian, ia keluar dari kamar Sulli dan berniat pergi keluar rumah menunggui Sulli sekaligus melihat Minho, namja yang disukainya. Walaupun nantinya ia akan merasa sakit hati, tapi ia sangat penasaran apa yang dilakukan Sulli dan Minho sampai larut malam begini.

 

“Kenapa mereka belum kembali..??” Gumam Jiyeon gundah karena ia tahu pasti Minho sedang bersama Sulli sekarang. Jiyeon mondar-mandir di halaman depan rumah tua itu. Ia beberapa kali memandangi gerbang depan, namun belum terlihat keberadaan Sulli maupun Minho.

 

Tidak sengaja ia melirik kearah samping kirinya. Matanya menangkap dua orang manusia yang sedang berdiri dipojok tembok tepat di balik pohon besar. Jiyeon mencoba mendekati kedua orang itu, karena wajah mereka tidak begitu jelas terlihat. Dari penglihatannya, ia sudah menyimpulkan bahwa kedua orang itu adalah namja dan yeoja. Karena yang satu rambutnya panjang bertubuh ramping sedangkan yang satu lagi rambutnya pendek dan tubuhnya tinggi kekar. Tiba-tiba, langkah Jiyeon terhenti.

 

“Omo.. bukankah itu Nyonya Vic..??” Jiyeon mengenali wajah seorang yeoja yang sedang berdiri bersama namja di samping pohon tadi. “Apa yang dilakukan Nyonya bersama pria itu..??” Jiyeon semakin penasaran, karena tidak dapat melihat wajahnya karena pria itu memunggunginya.

 

Jiyeon menyembunyikan dirinya dibalik tembok besar, mencoba mendengar apa yang dibicarakan Vic dengan pria itu.

 

“MWO?? Maldo andwae..!!” terdengar suara Vic yang memantul ditembok sehingga jiyeon dapat mendengarnya.

 

“Apa maksud ucapanmu?? Suamiku masih hidup??!” suara Vic terdengar kembali. Jiyeon melebarkan matanya, namun saat itu juga seseorang menepuk pundaknya. Jiyeon terlonjak kaget, dengan cepatnya ia menoleh.

 

“Kau.. siapa??” tanya Jiyeon pada orang itu yang tak lain adalah seorang namja.

 

Namja itu tak menjawab pertanyaan jiyeon. Ia tersenyum lalu mulai mendekatkan wajahnya menatap mata Jiyeon. Jiyeon mengedipkan matanya beberapa kali, tapi namja itu malah semakin mempersempit jarak wajahnya dengan dengan wajah jiyeon hingga akhirnya tubuh jiyeon terpojokkan. (?)

 

“YA! Kau.. apa yang kau lakukan??” bentak Jiyeon didepan namja itu. Dengan senyum anehnya, namja itu menyentuh wajah Jiyeon.

 

“YA!” Jiyeon menepis tangan namja itu lalu mendorong tubuhnya. “Kau.. kutanya kau siapa??” Lanjut jiyeon emosi karena ia merasa tidak nyaman atas perlakuan namja itu.

 

“Kegelapan akan datang.. dan apabila saat itu tiba, kau harus menghadapinya.” Ujar namja itu lirih. Matanya tidak pernah lepas menatap mata jiyeon.

“Mwo?? Apa maksudmu??” Jiyeon mengernyitkan dahinya.

 

“Jangan pernah melihat kebelakang, karena itu akan mempersulitmu.” Lanjut namja itu. Jiyeon semakin tidak mengerti dengan ucapan namja yang ada dihadapannya. Namja itu tersenyum aneh menatap jiyeon, kemudian memasangkan ear-phone hitam yang sedari tadi melingkari lehernya di telinganya. Tanpa melakukan apapun lagi, namja itu pergi meninggalkan jiyeon yang diam mematung dipojok tembok.

 

Jiyeon menyentuh kedua pipinya, menepuk kedua pipinya seakan ia ingin mengetahui apa ia sedang bermimpi. “Apa namja itu nyata??” Gumamnya.

 

“Eoh.. Nyonya Vic!” Jiyeon ingat kalau ia sedang menguping pembicaraan Vic dengan pria tinggi kekar tadi. Jiyeon menoleh tapi keberadaan Vic dan pria itu sudah tidak dapat dilihat Jiyeon lagi.

 

“Apa mereka sudah selesai bicara??” Gumam Jiyeon penasaran. Ia melangkahkan kakinya mendekati pohon besar itu. Melihat sekelilingnya hingga akhirnya matanya menangkap sebuah kalung berletterkan huruf S yang dihiasi batu-batu berlian kecil yang melingkari letteran huruf S itu. Jiyeon mengambilnya, menatap lekat buah kalung tersebut.

 

“S?? Siapa pemilik kalung ini??” Gumam Jiyeon. Tanpa disadarinya, lagi-lagi sepasang mata berwarna merah itu terlihat sedang memperhatikan Jiyeon dari kejauhan. Jiyeon merasakan bulu kuduknya merinding. Dengan langkah kecilnya, ia meninggalkan tempat itu.

 

***

 

“Hei.. kau sudah selesai??” tanya Sulli membelakangi Minho yang sedang buang air kecil dibalik pohon yang berdaun tebal.

 

“Eoh.. tunggu sebentar..” jawab Minho.

 

“Cepatlah.. disini menyeramkan..” Lanjut Sulli.

 

“Mian.. karena aku, kau pulang agak malam. Nenekmu pasti sedang mengkhawatirkanmu sekarang..” Ucap Minho dengan nada merasa bersalah.

 

“Sudah seharusnya kau minta maaf..” batin Sulli.

 

“Sulli-ssi..?? Apa kau masih marah atas kejadian tadi?? Aku benar-benar tidak bermaksud apa-apa. Aku hanya ingin menyelamatkanmu.” Minho menjelaskan kesalahpahaman diantara mereka.

 

“Kau … “ Sulli menatap Minho. “Aishh, sudahlah.. aku juga tidak peduli dengan kejadian tadi.. jadi kau tidak perlu merasa bersalah lagi.” Elak Sulli (bohong), karena sesungguhnya Sulli masih memikirkan kejadian tadi.

 

“Kau tidak marah padaku, kan??”

 

“Tentu saja aku marah! Kau orang pertama yang melakukannya..” tegas Sulli.

 

“Mwo??” Minho terkejut.

 

“A.. ani.. aniya. Maksudku… ah.. kita harus cepat!!” Sulli berlari kecil. Minho mengikutinya. Saat itu juga, Minho tersenyum kecil kemudian menatap punggung Sulli yang ada di hadapannya.

 

“Ya! Cepatlah!!” ucap Sulli sambil menoleh kebelakang.

 

“Tunggu aku..” pinta Minho tapi Sulli pura-pura tak mendengar. “Ya! Apa kau tahu jalan pulang??” tanya Minho. Sulli terhenti dari lari kecilnya.

 

“Kenapa berhenti??” tanya Minho.

 

Sulli menghela nafasnya.. “Kau.. tunjukkan jalannya..” ujar Sulli.

 

“Hahaha.. kupikir kau tau arahnya..” Minho tertawa geli. Dan lagi-lagi, kini Sulli tergoda dengan tawa Minho yang menawan itu.

 

“Choi Sulli, sadarlah!!” batin Sulli sambil mengedipkan matanya beberapa kali.

 

“Kajja..” ajak Minho.

 

***

 

Di kediaman Nenek Choi..

 

“Halmoni.. aku pulang..” teriak Sulli di depan pintu.

 

“Nona dari mana saja??” tanya Jiyeon saat membukakan pintu untuk Sulli. Jiyeon menatap namja yang ada disebelah Sulli yang tak lain adalah Minho. Minho tersenyum kepada Jiyeon, Jiyeon pun membalasnya.

 

“Apa Nenek sudah tidur??” tanya Sulli.

 

“Belum, nona. Nyonya Besar sedang duduk diruang tamu sekarang..”

 

“Eoh?? Apa Nenek kedatangan tamu lagi??” tanya Sulli.

 

“Benar, nona. Sebaiknya nona masuk karena diluar sangat dingin..” ucap Jiyeon.

 

“Eoh..baiklah..” ucap Sulli. “Ayo, masuk..” ajak Sulli pada Minho. Tapi Minho menolak.

 

“Tidak perlu.. aku hanya…”

 

“Ya! Masuklah..” Sulli menarik lengan Minho. Jiyeon hanya bisa menurunkan pandangannya melihat hal itu.

 

…………

 

“Halmoni.. aku pulang!!” Sulli mendekati Neneknya yang sedang duduk di ruang tamu.

 

“Eoh.. Sulli-ah.. kau sudah pulang??” sambut Nenek sambil tersenyum. “Eoh?? Pemuda tampan itu ikut bersamamu??” Tanya Nenek menatap Minho.

 

“Senang bertemu denganmu, Halmoni..” Minho memberi salam pada Nenek Choi.

 

“Terimakasih, sudah mengantar Sulli.. Ayo, Silahkan duduk..” ucap Nenek tersenyum. Minho juga ikut memperlihatkan senyumannya.

 

“Ah, Sulli-ah.. kemari..” Nenek menyuruh Sulli untuk berdiri disampingnya.

 

“Kenalkan ini Lee Jin Ki, anak dari kerabat Nenek yang tinggal jauh di Busan. Ia akan tinggal di sini selama beberapa minggu. Kau bisa memanggilnya Onew ‘oppa’ karena dia lebih tua darimu..” jelas Nenek.

 

Sulli menatap namja yang bernama Onew itu.. Mata mereka bertemu. Namja itu tersenyum pada Sulli, senyumannya membuat Sulli merinding.

 

“Naneun Sulli imnida. Senang bertemu denganmu..” Sulli memberi salam. Akan tetapi, namja yang mengalungkan ear-phone hitam di lehernya itu hanya diam memandangi Sulli. Sesekali ia memperlihatkan senyum anehnya dibarengi tatapan tajamnya pada Sulli.

 

TBC

Wahaha XD Ceritanya makin gaje aja.. Gmna, lanjut ?? Atau cukup disini aja?? *hehe XD*

“This is me, This is Not Me” Part#5

1376227_1424328831127414_1189473099_n

“This is me, This is Not Me”

Part#5

Author : Bella Muliawaty

Main Cast : Minho (SHINee) – Sulli F(X)

Support cast : Heecul | Victoria | Ji-yeon | Onew

Genre : Fantasy, Horor, Romance

“Ruangan apa ini..?? Kemana Mr.Kim pergi..??”  Gumam Sulli karena ia tak melihat keberadaan Mr.Kim.

Sulli memperhatikan sekelilingnya.. terdapat banyak lukisan kusam dan beberapa patung hewan Serigala terlihat berdebu dan dipenuhi jaring laba-laba. Berbeda dengan lukisan tadi. Ada beberapa lukisan yang menggambarkan rumah-rumah tua seperti rumah yang saat ini ia tempati.

Ada satu lukisan yang menarik perhatian Sulli. Lukisan seorang wanita dengan rambut tergerai panjang. Sulli berjalan mendekati lukisan itu. Sulli memperhatikan sosok wanita yang sedang duduk mengenakan gaun putih. Wanita itu terasa familiar baginya. Sulli semakin lekat memperhatikan gambar wanita itu. Matanya tertuju pada kalung yang melingkari leher wanita dalam lukisan. Sulli melebarkan matanya, Karena kalung itu mirip dengan kalung pemberian ayahnya yang telah meninggal 9 tahun lalu.

“Kalung itu..” ia menyentuh lehernya, menundukkan kepalanya. Kemudian kembali menatap lukisan tadi. Sontak Sulli benar-benar kaget dengan apa yang dilihatnya. Wanita dalam Lukisan itu berubah menjadi sosok wanita tanpa kepala. Karena rasa takutnya, Sulli berlari keluar dari ruangan itu.

“Apa yang terjadi, nona?? Anda baik-baik saja??” tanya seorang pelayan yang berpas-pasan dengan Sulli yang sedang ketakutan.

Sulli memegang dadanya kemudian mengatur nafasnya “Bisa tolong ambilkan air putih untukku??” pinta Sulli sambil mengelap keringatnya.

“Eoh.. tunggu sebentar, nona..” Pelayan itu segera pergi mengambilkan air minum untuk Sulli.

Sulli merobohkan tubuhnya di atas kursi sofa sambil memejamkan matanya. Ia masih mengatur nafasnya..

“Ini air putihnya, non..” Sulli langsung meneguk air putih itu.

“Nenek dimana??” tanya Sulli.

“Nyonya Besar sudah tidur, Non.. tapi nona dari mana saja?? Ini sudah larut malam..” Pelayan itu mengkhawatirkan Sulli.

“Siapa yang selalu meyiapkan air hangat untukku??”

“Maksud nona, pelayan muda Park Ji-yeon??”

“Suruh dia ke kamarku sekarang..” pinta Sulli.

“Baik, non..”

***

“Nona, memanggil saya..??”

“Eoh.. siapkan air hangat untukku..” pinta Sulli.

“Baik, non..” pelayan yang bernama Ji-Yeon itu bergegas ke kamar mandi milik Sulli.

Tanpa ji-yeon sadari, Sulli mengikutinya dari belakang.. sepertinya Sulli masih merasa ketakutan dengan lukisan yang ia lihat diruangan tadi.

Ji-yeon kaget, tiba-tiba Sulli masuk kedalam tanpa bersuara..

“Ada apa, non..?? Maaf saya belum selesai menyiapkan air hangat untuk non..”

“Ani.. hanya saja..” Sulli menggantungkan ucapannya. “Sudah cukup, aku akan mandi sekarang.” Lanjutnya.

“Baik, non..” Ji-yeon beranjak pergi namun Sulli menahannya.

“Jangan pergi, temani aku disini..” pinta Sulli.

“Ne?? tapi…”

“Ani, ani.. maksudku, kau tunggu diluar sampai aku selesai mandi.” Lanjut Sulli menatap Ji-yeon penuh harap.

“Eoh.. Nde..” Ji-yeon mengangguk pelan.. namun terlihat bingung dengan sikap Sulli.

“Jangan kemana-mana ne.. tunggu sebentar.” Lanjut Sulli yang kemudian menutup pintu bathroomnya setelah diberi anggukan kepala oleh Ji-yeon.

***

Esok paginya..

“Ada apa dengan wajahmu??” tanya Bibi Gong pada ji-yeon.

“Gwaenchanayeo, hanya bengkak sedikit..” bantah ji-yeon.

Sejak Sulli menyuruh ji-yeon untuk menemaninya semalaman, ji-yeon tak dapat tidur nyenyak karena tingkah aneh Sulli saat tidur. Sulli menyuruh ji-yeon untuk tidur bersamanya di satu ranjang. Namun Sulli yang terus saja menginggau saat tidur membuat ji-yeon tak nyaman. Bukan hanya itu, Sulli tiba-tiba menangis, tiba-tiba tertawa saat tidur dan itulah yang membuat ji-yeon merasa geli (merinding) disertai takut sehingga tak dapat memejamkan matanya.

“Ketua pelayan, Nona Sulli dimana?? Tanya ji-yeon.

“Dia pergi bersama Nyonya Besar dan Nyonya Vic ke lahan perkebunan milik Nyonya Besar.” Jelas Bibi Gong.

“Ketua pelayan, ada tamu untuk Nyonya Besar..” ucap seorang pelayan lainnya.

“Siapa??” tanya Bibi Gong.

“Katanya rekan kerja Nyonya Besar..” lanjut pelayan itu.

“Katakan padanya, mohon tunggu sebentar..”

“Baik, Ketua..” pelayan itu pergi.

“Kita harus memberitahu Nyonya Besar..”

“Saya yang akan pergi memberitahu Nyonya Besar..” ucap ji-yeon.

“Eoh, baiklah..”

***

“Sulli-ah, ini kebun terbesar yang nenek rawat sebelum kau lahir. Ini juga merupakan modal nenek untuk membiayai mendiang ayahmu untuk menikahi ibumu..” Ucap Nenek.

“Jeongmalyeo?? Berarti kebun ini sudah sangat berumur, Halmoni..” ucap Sulli dibarengi tawa kecilnya.

“Kau benar, sayang.. Nenekmu berjuang susah payah merawat kebun ini sejak dulu..” Lanjut Vic.

“Kelak, kebun ini akan nenek wariskan padamu saat kau telah menemukan calon pendampingmu nanti. Kau harus melanjutkan pejuangan nenek ne?” Nenek mengelus kepala Sulli lembut.

“Aegeshimnida, Halmoni..” ucap Sulli mantap.

Ji-yeon datang menyampaikan kedatangan rekan kerja Nenek Choi yang sedang menunggunya sekarang. Nenek mengajak semuanya untuk kembali kerumah.

“Sulli-ssi..??” seseorang memanggil Sulli dari kejauhan. Sulli menoleh.

“Minho??” gumam Sulli.

“Sepertinya cucu Nenek sudah menemukan calon pendamping untuk merawat kebun ini..” goda Nenek pada Sulli.

“Ah.. aniya. Tidak seperti itu, Nek..” Sulli coba menjelaskan kalau dia tak punya hubungan apa-apa dengan Minho.

“Sudahlah.. cepat temui dia..” Ucap Nenek.

“Setelah urusanmu selesai, cepat pulang ne?” Vic juga ikut menggoda Sulli.

“Urusan apa?? Eomma dan Nenek jangan berpikir yang aneh-aneh..” ucap Sulli ketus.

“Pergilah.. ucapkan salam eomma padanya ne..” lanjut Vic. Sulli berjalan mendekati Minho.

“Ada apa? Kenapa kau disini??” tanya Sulli..

“Rumahku dekat dari sini..” Minho tersenyum. Senyuman itu kadang membuat Sulli teduh.

“Eoh.. begitu..” Sulli jadi canggung.

Ji-yeon memperhatikan mereka dari jauh. Benar, jiyeon sudah lama mengenal Minho dan dia juga menyukai namja tampan itu sejak lama. Dia tidak menyangka, Sulli bisa bertemu dengan Minho. Padahal yang ia dengar, Sulli type gadis yang tidak mempedulikan atau cuek terhadap orang yang baru dikenalnya. Tapi, kenapa Sulli bisa terlihat akrab dengan Minho?? Batin jiyeon khawatir.

“Kau ingin ikut denganku??” ajak Minho.

“Kemana??” Sulli penasaran.

“Mengelilingi kebun besar ini..” Minho melebarkan senyumannya.

“Mwo??”

“Kau tidak ingin tahu seperti apa perjuangan Nenekmu merawat kebun ini dari dulu sampai sekarang??” Lanjut Minho dibarengi senyum khasnya yang membuat Sulli tergoda.

“Mm..” Sulli mengangguk pelan.

“Kajja..”

Minho menggenggam tangan Sulli dan sontak Sulli pun kaget. Jiyeon melihat perlakuan Minho kepada Sulli. Ia terlihat cemburu disertai perasaan sakit hati. Dia akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat itu.

***

“Setelah melihat dan mendengarnya, apa yang kau pikirkan??” tanya Minho pada Sulli. Kini mereka tengah berada di lahan paling ujung milik Nenek Choi didekat sungai kecil ditemani cahaya matahari sore (Sunset) yang hangat.

“Tentang apa??” Dengan polosnya, Sulli balik bertanya.

Minho mendengus.. “Tentang perjuangan Nenekmu, Choi Sulli..” Minho menekankan pengucapannya.

“Eoh.. mm.. menurutku sangat menarik..” Jawab Sulli sedikit canggung.

“Mm??”

“Ani.. emm.. Nenek orang yang gigih dalam melakukan suatu pekerjaan. Aku merasa bangga padanya.” Lanjut Sulli.

“Kau benar.. aku sudah cukup lama mengenal Nenekmu. Dia juga punya cerita lucu. Kau mau dengar??” tanya Minho tersenyum menyeringai.

“Andwae!!” cegah Sulli.

“Wae??” tanya Minho.

“Aku… aku sudah mendengarnya beberapa kali.” Sulli merasa Minho melupakan sesuatu.

“Jinjja..??”

“Hei! Bisakah kita berhenti berbicara soal Nenek?? Dan bisakah kau berhenti tersenyum?? Sekarang ceritakan mengenai dirimu..” pinta Sulli tegas.

“Eoh??” Minho menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Aku bukannya penasaran, hanya saja…” Sulli menggantungkan ucapannya. “Hanya saja… kau membuatku canggung, Choi Minho..” batin Sulli.

“Kau benar-benar ingin tahu??” tanya Minho menyelidik. Sulli mengangguk cepat.

“Baiklah, dengarkan baik-baik.. Aku anak tertua dikeluargaku. Aku juga tengah berlibur dari aktifitas sekolah sama sepertimu. Aku ditinggal Ibuku pergi karena kejadian yang menimpaku 2 tahun lalu.. Aku..” Minho menundukan kepalanya.. “Aku mengalami kecelakaan besar 2 tahun lalu sehingga kehilangan indra penciumanku.. Hidungku terbentur benda besar dan keras sampai mengakibatkan Rongga pernapasanku rusak. Semenjak itu, Ibu pergi meninggalkanku..” Lanjutnya sambil menghela nafas panjangnya.. Sulli menatap lekat wajah Minho.

“Apa sekarang ini, kau tidak dapat mencium sesuatu??” tanya Sulli.

“Apa sangat terlihat jelas??” Minho tertawa kecil. “Aku bahkan sulit untuk menelan makanan untuk masuk dalam kerongkonganku.. Dokter juga mengatakan, kalau aku akan kehilangan indra penciumanku selamanya..” Lanjutnya.

“Ani.. kau terlihat baik-baik saja..tak ada yang salah denganmu.” Sulli tersenyum hangat. Minho menatapnya.

“Apa aku akan baik-baik saja??”

Sulli mengangguk.. “Kau harus mempercayainya.. kau akan baik-baik saja, Choi Minho..” Lanjut Sulli dibarengi eye smile-nya.. Minho ikut tersenyum.. mereka berpandangan, sangat lama.

“Tes..tes..tes..” Hujan turun membasahi keduanya. Sulli bergegas mencari tempat berteduh tapi ia malah terpeleset akibat guyuran hujan membasahi kebun milik Neneknya.

Tanpa aba-aba, Minho menahan Sulli agar tidak jatuh. Karena Sulli hampir saja jatuh kedalam sungai kecil yang berjarak sangat dekat dengan mereka. Minho menarik Sulli kedalam pelukannya.. Sulli melebarkan matanya karena ia sedang berada didalam pelukan Minho. Dengan cepat Sulli mendorong tubuh Minho menjauh darinya, Minho tak kuasa menopang tubuhnya dan kemudian mencoba memegang lengan Sulli untuk menjaganya agar tidak jatuh. Tapi sayang, keduanya terpeleset dan jatuh kedalam Sungai.

“Ah.. tolong..tolong..” Sulli tidak dapat berenang. Minho menolong Sulli, namun Sulli sudah tak sadarkan diri. Minho meletakkan Sulli di atas tanah basah akibat guyuran hujan. Ia mencoba memompa jantung Sulli menggunakan tangannya.. namun Sulli tidak memperlihatkan tanda baiknya. Minho mulai mendekati wajah Sulli, mengangkat kepala Sulli untuk memberikan nafas buatan. Tapi Minho terlihat canggung saat menatap bibir Sulli.

“Tak ada pilihan lain.. hanya ini yang bisa kulakukan..” Gumamnya..

TBC..

FFMinSul “This is me, This is Not Me” Part#4

Image

“This is me, This is Not Me”

Part#4

Author : Bella Muliawaty

Main Cast : Minho (SHINee) – Sulli F(X)

Support cast : Heecul | Victoria | Ji-yeon | Onew

Genre : Fantasy, Horor, Romance

 

“Ada apa..??” tanya Minho..

“Apa… Kau merasakannya..??” Sulli balik bertanya..

“Apa itu..??” tanya Minho, penasaran. Sulli terus menatap semak-semak itu tanpa mengedipkan matanya. Minho memperhatikan Sulli.

“Ya! Kau lihat apa disana??” tanya Minho lagi..

“Ah.. ani. Mungkin hanya perasaanku saja..” jawab Sulli.

“Eoh..??” Minho bingung.

“Ah.. aku lupa. Aku meninggalkan eomma sendirian tadi dan pasti Nenek mencariku. Aku duluan ne..” Ucap Sulli beranjak pergi.

“Changkaman..” Minho menahan Sulli.

“Wae..??”

“Ah.. ani…” ucap Minho ragu.

 “Mm..?? Kalau begitu, sampai jumpa..” Sulli beranjak pergi tapi kemudian berbalik.

“Hei.. Kau punya utang padaku.” Ucap Sulli.

“Eoh?? Apa itu??” tanya Minho.

“Soal dirimu..” Sulli mengangkat keningnya.

“Ah.. Arraseo!” Minho mengangguk..

“Baiklah.. aku pergi..” Minho memandangi kepergian Sulli.

Sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan mereka, kini mulai menghilang. Minho ikut merasakan hembusan angin menggeliat menyentuh tubuhnya. Minho merinding.. kemudian ia meninggalkan tempat itu.

***

“Halmoni..??” panggil Sulli saat melihat Neneknya baru saja keluar dari kamar Vic.

“Sulli-ah.. kau darimana??” Nenek terlihat cemas.. “Kau tidak apa-apa, eoh..??” Lanjut Nenek..

“Gwaenchana, Halmoni..” jawab Sulli. “Halmoni.. apa eomma sudah sadar??” tanya Sulli.

“Eoh.. ibumu sudah sadar. Dia menanyakanmu.. masuklah.” Ucap Nenek..

“Eoh.. Arraseo, Halmoni..” Sulli masuk melihat ibunya.

 

“Eomma.. apa eomma baik-baik saja??” tanya Sulli sambil duduk disebelah ranjang milik ibunya.

“Eoh.. eomma baik-baik saja, Sulli-ah..” jawab Vic dengan suara parau.

“Syukurlah.. eomma sudah makan??” tanya Sulli sambil menyentuh wajah ibunya.

“Eoh (iya).. Bagaimana denganmu, apa kau baik-baik saja??” Vic memegang tangan Sulli.

“Ne, eomma.. Gwaenchana..” Sulli tersenyum.

“Apa yang terjadi tadi, Sulli-ah?? Eomma melihat cahaya.. dan itu dari kalung… EOH.. kalungmu hilang.” Vic menunjuk bagian leher Sulli. Sulli terkejut karna kalung pemberian Ayahnya hilang.

“Eoh.. eomma, otteokkhae..??” Sulli memegang lehernya.

“Bagaimana kalung itu bisa hilang, Sulli-ah?? Itu satu-satunya pemberian mendiang Ayahmu..” Vic panik.

“Mollayo, eomma.. aku..” Sulli mulai mengingat sesuatu.. “Apa mungkin jatuh di tempat tadi..??” Gumam Sulli.

“Waeyo, Sulli-ah..??” tanya Vic.

“Ah.. Mianhae eomma.. aku akan mencarinya. Jangan khawatir ne..” jawab Sulli.

***

Sekian lama Sulli berada dalam kamar melihat keadaan Ibunya, menunggui ibunya hingga Vic tertidur. Kemudian Sulli keluar dari kamar Vic berniat mencari kalungnya. Ia sempat melihat Mr. Kim masuk kedalam ruangan Kerja Neneknya. Sulli yang penasaran mencoba menguping pembicaraan Mr.Kim dan Neneknya.

“Mohon maafkan saya, Nyonya.. saya pergi meninggalkan dapur tanpa meminta izin terlebih dahulu..” Mr.Kim beberapa kali membungkuk kearah Nenek yang sedang duduk didepan sebuah meja besar dalam ruangannya. Disampingnya telah berdiri Bibi Gong beserta para pelayan.

“Mr.Kim, Anda darimana saja..??” tanya Nenek yang terlihat kecewa.

“Saya benar-benar lupa apa yang terjadi, Nyonya. Tiba-tiba saja saya sudah berada digudang belakang rumah ini. Saya sungguh tidak ingat apapun, Nyonya..” jawab Mr.Kim dengan wajah lemas.

“Apakah benar begitu..?? Para pelayan mengatakan hal yang sama. Tak ada satupun dari mereka tahu kejadian yang sebenarnya. Apa ini..? Apa yang terjadi pada kalian semua??!! Apa ada yang bisa menjelaskan semua ini??!!” Nenek Choi berdiri membentak Mr.Kim dan para pelayan.

“Mohon maafkan saya, Nyonya..” Mr.Kim kembali membungkuk..

“Nyonya, mohon ampuni kami..” Para pelayan terlihat sangat menyesal karena membuat majikannya marah besar.

“Hhh.. “ Nenek merasakan sakit dibagian kepala serta dadanya.. Tak kuasa menahan sakitnya, Bibi Gong membantu Nenek untuk kembali duduk dikursi. Namun, Nenek Choi menolak bantuan Bibi Gong.

“Kalian semua.. keluarlah! Mr.Kim dan Ketua Pelayan tetaplah disini..” perintah Nenek..

“Ye, Nyonya..”

Karena tidak ingin ketahuan menguping oleh para pelayan, Sulli bersembunyi dibalik lemari besar milik Nenek Choi yang letaknya tidak jauh dari pintu Ruangan Kerja Neneknya.

“Kita harus melihat keadaan Nyonya Vic dan nona Sulli.. yang lainnya siapkan air hangat untuk nona Sulli. Itu perintah Nenek..!!” ucap salah seorang pelayan setelah keluar dari ruangan Nenek.

“Andwae!! otteokkhae..??” Sulli panik.. “Aku harus kekamar sekarang..” Lanjutnya sambil melangkah pelan dibelakang para pelayan menuju kamarnya.

Sulli berhasil masuk kedalam kamarnya..

“Tok-tok-tok”

“Nona, apa nona didalam?? Mohon izinkan saya masuk..”

“Nde..” Sulli membukakan pintu. “Ada apa??” tanya Sulli.

“Nyonya Choi (Nenek) menyuruh saya menyiapkan air hangat untuk nona..” jelas seorang pelayan muda.

“Aku tidak ingin mandi..” ucap Sulli sedikit cuek..

“Waeyo, nona?? Apa nona sakit??” tanya pelayan itu.

“Ani.. hanya saja.. aku lelah.. ingin istrahat..” Sulli memalingkan wajah..

“Baiklah, non..” pelayan muda itu pergi.

Sulli hendak menutup pintu kamarnya, namun ia kembali melihat Mr.Kim baru saja keluar dari ruangan Neneknya. Sulli menyembunyikan dirinya dibalik pintu. Mr.Kim terlihat menuju ruangan dapur. Namun langkahnya terhenti tepat didepan pintu berbahan kayu tua didekat tangga. Mr.Kim masuk kedalam tanpa ragu. Sulli yang melihat gerak gerik Mr.Kim memberanikan diri keluar dari kamarnya. Perlahan ia melangkahkan kakinya menuju pintu yang dimasuki oleh Mr.Kim.

Sulli mulai menggerakkan tangannya menyentuh gagang pintu itu dengan perasaan takut yang ia kendalikan. Sulli berhasil memegang gagang pintu kemudian pintu mulai terbuka perlahan..

Dengan rasa penasarannya, Sulli masuk kedalam ruangan dibalik pintu tadi. Sulli memperhatikan sekelilingnya. Dengan diterangi cahaya lampu kuning kemerah-merahan, setiap sudut ruangan itu dihiasi lukisan-lukisan kusam dan beberapa patung putih yang sudah dipenuhi debu seakan tak pernah dibersihkan.

“Ruangan apa ini??” Gumam Sulli.

TBC..

Mian TELAT!! Hehehe XD RCL ne ^^

FFMinSul “This is Me, This is Not Me” Part#3

Image

“This is Me, This is Not Me”

Part#3

Author : Bella Muliawaty

Main Cast : Minho (SHINee) – Sulli F(X)

Support cast : Heecul | Victoria | Ji-yeon | Onew

Genre : Fantasy, Horor, Romance

“Siapa… di situ..??” Sulli mengulangi ucapannya.. mempercepat langkahnya tapi tak ada siapapun yang dijumpai Sulli dibalik jendela. Sulli menangkap sebuah cahaya dibalik semak-semak tepat berhadapan dengan kolam kecil milik Neneknya. Sulli semakin penasaran.. akhirnya ia memutuskan untuk melihat cahaya itu.

“Dinginnya…” batin Sulli setelah keluar dari rumah Tua milik Nenek Choi.

Sulli mendekati semak-semak itu. Benar juga.. cahaya itu semakin terlihat jelas. Sulli mengepalkan tangannya, mencoba melihat lebih dekat.

“Ige mwoya??” Ucap Sulli saat berhasil melihat cahaya itu. “Senter..?? Siapa yang meninggalkan benda ini disini??” Lanjutnya..

“Maaf, benda itu milik saya..” Suara berat itu mengagetkan Sulli.. dan hampir menjatuhkan senter yang ia pegang.

Tubuh Sulli bergetar.. “Si..siapa .. kau..??” tanya Sulli tanpa menoleh.

Pemilik suara berat itu menyentuh pundak Sulli.. “Bisakah kau berikan benda itu..??” pinta pemilik suara berat itu.. namun Sulli masih tak berani menoleh.

“Apa..k..au.. manusia..??” tanya Sulli lagi merinding.

“Mwo??”

Sulli mencoba menoleh.. kemudian melihat orang itu menggunakan cahaya lampu senter yang ia pegang.

“YA! YA! Apa yang kau lakukan??” Perbuatan Sulli membuat orang itu tidak nyaman karena cahaya dari senter itu menelusuk masuk kedalam matanya.

Sulli menghela nafas lega.. “Ternyata dia manusia..” umpat Sulli.

“Mwo?? Apa maksudmu??” tanya orang itu yang tak lain adalah seorang namja.

“Ah.. Mianhae..” jawab Sulli.

“……Changkaman. Bukankah kau cucu Nenek Choi??” tanya namja itu.

“Eoh?? Nde..” jawab Sulli singkat..

“Aku Minho.. Choi Minho..” ucap namja itu sambil mengulurkan tangannya.

“Eoh..?? Aku Sulli..”

***

“Apa kalian melihat nona..??” tanya Nenek kepada para pelayan.

“Maaf, Nyonya.. tadi saya melihat gadis mirip nona pergi kehalaman belakang..” jawab salah seorang pelayan.

“Apa..?? Mengapa kau tidak mencegahnya..??”

“Maafkan saya, Nyonya.. saya tidak sempat mencegahnya.. karena… saya… eum.. saya…” Pelayan itu terlihat takut.

“Bicaralah yang jelas..” tegur Bibi Gong.

“Maafkan saya.. Saat saya mencoba mendekati gadis itu.. saya melihat sesuatu yang aneh disebelahnya.. Jadi.. saya…”

“Sudahlah.. cepat cari Sulli..” perintah Nenek.

“Kalian dari tadi mengatakan hal yang tidak masuk akal.. apa sebenarnya tugas kalian dirumah ini..??! Semuanya berantakan..!!” Nenek meninggalkan para pelayan dengan wajah kesal. Bibi Gong mengikutinya.

“Nyonya…” Bibi Gong mencoba meminta maaf atas kecerobohan dirinya sebagai Ketua Pelayan.

“Apa Mr.Kim belum kembali??” tanya Nenek.

“Belum, Nyonya..”

“Kalau dia sudah kembali, suruh dia menghadapku..” ucap Nenek..

“Aegeshimnida..” jawab Bibi Gong.

“Aku ingin melihat keadaan Vic.. bawakan makanan untuknya..” Lanjut Nenek.

“Saya mengerti, Nyonya..” jawab Bibi Gong.

***

“Jadi.. kau mengisi liburanmu untuk datang kesini mengunjungi Nenek Choi??” tanya Minho pada Sulli yang tengah duduk didepan kolam kecil berhiaskan 2-3 lampu berwarna putih terang.

“Bisa dikatakan begitu.. ini juga atas permintaan mendiang Ayah..” jawab Sulli..

“Jadi begitu.. Apa kau memiliki saudara??” Minho lanjut bertanya.

“Aku memiliki seorang kakak.. tapi dia tidak datang bersamaku..” Jawab Sulli kecewa..

“Apa kau kecewa..??” tanya Minho..

“Nde.. aku benar-benar kecewa..” Sulli menengadahkan kepalanya..

Minho menatap Sulli.. “Kau ternyata anak yang manja..” ungkapnya.

“Mwo??” Sulli menatap Minho.. Minho tersenyum kecil.

“Wae..??” Sulli bertanya lagi sambil mengernyitkan keningnya..

“Ah.. ani..” jawab Minho menahan senyumnya.

“Eoh.. Ceritakan tentang dirimu..” Pinta Sulli.

“Eoh?? Aku..??” tanya Minho.. Sulli mengangguk..

“Hehe.. tak ada yang menarik tentang aku..” jawabnya..

“Mm?? Ya! Kau curang..” ucap Sulli memalingkan wajahnya..

“Hahaha.. Arraseo-arraseo..” Minho tertawa kecil..

Tanpa mereka sadari sepasang mata berwarna merah sedang memperhatikan mereka dibalik pohon dekat semak-semak tadi.. Sepasang mata itu menatap tajam kearah Sulli..

Sulli bisa merasakan desahan angin menyentuh lehernya.. Tanpa ragu, ia menoleh kebelakang..

TBC..

RCL ne ^^

FF MinSul “This is me, This is Not Me” Part#2

1376227_1424328831127414_1189473099_n 

“This is me, This is Not Me”

Part#2

Author : Bella Muliawaty

Main Cast : Minho (SHINee) – Sulli F(X)

Support cast : Heecul | Victoria | Ji-yeon | Onew

Genre : Fantasy, Horor, Romance

 

“Apa yang terjadi??”

Sebuah cahaya menelusuk masuk kedalam pelupuk mata Vic. Entah apa yang tejadi, Vic melepaskan rangkulannya dari Sulli dan langsung terhempas kelantai. Sulli yang ikut jatuh, mulai sadar dengan situasi disekitarnya.

“Eomma…??” ucap Sulli saat membuka matanya.

“Eoh.. eomma.. ireona..!! Eomma.. ireona.. Jebal!! Eomma…!!” isak Sulli.

“Eomma, ada apa denganmu??…. TOLONG..!! Halmoni.. tolong..!!” teriak Sulli panik.

“Ada apa, Sulli-ah..??” Neneknya ikut panik melihat keadaan viktoria..

“Halmoni … eomma.. eomma.. “ isak Sulli.

***

“Bagaimana keadaan anak saya, Dok??” tanya Nenek cemas.

“Nyonya Vic baik-baik saja.. tak ada yang salah dengan dirinya.. Nyonya akan baik-baik saja jika ia istrahat penuh hari ini. Mohon terus memperhatikan keadaan Nyonya” jelas Dokter.

“Baiklah.. Terimakasih, Dok..” lanjut Nenek..

“Kalau begitu, saya permisi..” Dokter meninggalkan kamar yang ditempati Vic yang tengah terbaring lemas di ranjangnya.

“Eomma…” ucap Sulli sambil menggenggam tangan ibunya.

“Apa yang terjadi dengan eomma-mu Sulli-ah..?? Mengapa ia terbaring dilantai??” tanya nenek.

“Entahlah, Halmoni.. Aku…” Sulli mulai mengingat kejadian tadi.

“Ah.. Cahaya itu..!! Halmoni.. cahaya itu…” Sulli tak melanjutkan ucapannya saat Bibi Gong, Ketua Pelayan datang.

“Maaf mengganggu, Nyonya.. Mohon anda ikut dengan saya sekarang. Ini mengenai keadan di Belakang..” *Dapur*

“Apa yang terjadi??” tanya nenek. Namun Bibi Gong diam, tak menjawab kemudian menundukkan kepalanya.

***

“Oh.. Tuhan. Apa yang terjadi disini??” Ucap nenek saat sampai di dapur.

“Maafkan saya, Nyonya. Ini salah saya. Saya meninggalkan dapur sejak pagi tadi. Maafkan saya, Nyonya.” Ucap Bibi Gong.

“Dimana Pelayan lainnya..?? Apa yang mereka lakukan sejak tadi??” Nenek yang bermarga Choi itu tampaknya marah.. Sebab, ruang dapur yang begitu luas dan sering tertata rapi, bersih itu kini terlihat seperti kapal pecah. Semuanya berantakan. Mulai dari peralatan dapur, bahan-bahan makanan hingga beberapa gelas dan piring yang pecah. Tidak sedikit jumlah kerusakan serta kerugian yang diperoleh Nenek atas kejadian itu.

“Maafkan kami, Nyonya.. Tadi semuanya baik-baik saja. Tapi entah mengapa, semuanya jadi seperti ini.. Mohon maafkan kami, Nyonya..” ucap salah satu pelayan yang mengenakan pakaian hitam bercorak putih dibagian dada.

“Kalian semua dari mana saja..??” tanya Bibi Gong..

“Kami… entah apa yang terjadi.. Kami…”

“Bicara yang jelas! Kalian darimana??” Nenek ikut bertanya.

“Kami… tertidur. Nyonya, Mohon maafkan kami..” Pelayan yang terdiri dari 6 orang itu membungkuk kearah Nenek Choi dengan wajah menyesal.

“Mwoya?? Tertidur??” tanya Nenek tidak percaya..

“Mohon maafkan kami, Nyonya. Kami tidak ingat apa yang terjadi.. Tiba-tiba saja kami sudah berada dalam Kamar. Begitu kembali kedapur, semuanya sudah seperti ini.

“Kalian ini benar-benar… Alasan kalian sungguh tidak masuk akal.” Nenek Choi memperlihatkan beberapa sayuran hijau yang terlihat layu didepan para pelayan. “Bagaimana bisa ini semua terjadi??” Lanjut Nenek Choi.

“Ini salah saya, Nyonya. Mohon maafkan saya..” Bibi Gong membungkuk kearah Nenek. Nenek Choi memegang kepalanya, wajahnya terlihat pucat.

“Nyonya.. anda baik-baik saja??” Bibi Gong memegang pundak Nenek.

“……Dimana Mr.Kim??” tanya Nenek.

“Kami belum melihatnya..” jawab salah seorang pelayan.

“Apa dia tidak mengetahui kejadian ini??”

“Maaf, nyonya.. sepertinya beliau belum mengetahuinya..”

Nenek menghela nafas.. “Apa yang harus kita lakukan sekarang?? Semuanya sudah tidak bisa digunakan lagi” Lanjut Nenek..

“Mohon maafkan kami, Nyonya..” semua pelayan kembali membungkuk kearah Nenek Choi dan mulai membersihkan ruangan dapur yang berantakan itu.

***

Sementara itu, Sulli masih menunggui Vic siuman didalam kamar.

“Apa yang terjadi denganku tadi??” gumam Sulli.. “Cahaya itu… Benar. Aku melihat cahaya…” batin Sulli. Tiba-tiba…

“Nanananananana (Electric) Nanananananana (Electric)
Nanananananana E-E-E-Electric Shock
Nanananananana (Electric) Nanananananana (Electric)
Nanananananana E-E-E-Electric Shock”

“Ah.. mengagetkan saja..” umpat Sulli saat mendengar Handphone-nya berbunyi..

“Eoh.. Oppa?? Waeyo, oppa??” ucap Sulli saat mengangkat panggilan dari Handphone-nya..

“Sulli-ah..?? Dongsaeng-ku, apa kau baik-baik saja?? Bagaimana dengan Eomma?? Apa liburan kalian menyenangkan??” tanya Heecul (kakak Sulli) diseberang telepon.

“Aku baik-baik saja.. tapi eomma…” Sulli memandangi Vic kemudian berbalik pergi ke luar dari kamar.. “Ah, ani. Eomma sekarang sudah tidur..” Sulli berbohong. “Waeyo, oppa??” Lanjutnya..

“Tidak.. oppa hanya ingin tau apa yang sedang kalian lakukan sekarang. Tapi sayang sekali, eomma sudah tidur.. Baiklah.. kalau begitu kau juga tidurlah..” ucap Heecul ditelepon.

“Eoh.. Arraseo. Tapi oppa, kapan kau akan datang kemari??” tanya Sulli.

“Untuk saat ini oppa belum bisa, Mianhae Sulli-ah..” jawab Heecul.

“Ohh, begitu. Baiklah.. Slamat malam, oppa..”

Sulli menutup telepon-nya dan beranjak kembali kekamar ibunya. Namun langkahnya terhenti saat mendengar sesuatu..

“Kreeekkk” Suara itu terdengar dari samping kanan Sulli. Benar juga, Sulli melihat jendela disamping kanannya perlahan mulai bergeser membuka. Sulli yang memiliki jiwa penasaran yang cukup tinggi melangkahkan kakinya mendekati jendela tersebut. Namun tak bisa dipungkiri, ada perasaan takut dalam dirinya. Sehingga ia merasakan seluruh badannya merinding.

Mata Sulli melebar setelah melihat apa yang ada dihadapannya.. sosok bayangan hitam menyerupai manusia itu melayang melewati jendela berbahan kayu milik Neneknya itu.

“Si..si..siapa di situ..??” Ucap Sulli takut..

 TBC..