Tittle : “Can’t Believe It“ (Part 7)
Author : Bella Muliawaty
Genre : School Life
Main Cast : Choi Minho a.k.a Minho – Choi Jin Ri a.k.a Sulli
Support Cast : Kim Kibum a.k.a Key | Baek Suzy a.k.a Suzy | Lee Taemin a.k.a Taemin
Summary : “Apa yang salah dengan diriku?? Apa yang mereka pikirkan tentangku?? Apa begitu menyedihkan terperangkap didunia ini??”
AUTHOR POV’S
“KEY??!!”
“KEY??!!”
“KEY??!!”
—
“Key??” panggil Sulli tapi sekelilingnya sunyi tak ada orang.
“Key, aku disini!” lanjutnya. Ia berjalan pelan masuk kedalam gudang.
“Key?? Kau dimana??”
Belum lama langkah Sulli berada ditengah ruangan itu, tiba-tiba-
“GREEEEBB!!”
Seseorang merangkul kasar tubuh Sulli dari belakang, menutup mulut Sulli menggunakan kain hitam tebal. Sulli yang shock, menjerit dan melawannya sekuat tenaga. Namun sayang, titik pandangan Sulli memudar karena terpengaruh bau yang menyengat dari kain hitam yang menutupi mulut dan hidungnya.
Sulli ambruk (?) diatas lantai bagaikan pohon yang roboh ditebang. Sulli dengan napas yang lemah masih sempat bisa mengenali suara langkah kaki mendekat kearahnya. Langkah itu berhenti tepat didepan wajahnya. Seorang siswa dengan celana panjang dan sepatu sport kini tengah jongkok dihadapannya. Dia namja, Sulli menebaknya. Selang beberapa waktu, sebelum Sulli terpengaruh lebih dalam lagi dengan bau yang menyengat itu, ia mendengar tiga patah kata tepat didepan daun telinganya.
“Maafkan aku, Sulli!”
Orang itu membuka paksa mulut Sulli, dan memasukan sejenis pil kedalam mulutnya. Sulli benar-benar terlihat seperti orang yang kehilangan nyawanya sekarang. Kaku seperti patung.
***
“CHOI SULLI!! SADARLAH!!”
“SULLI??!!!!!!”
“Maaf, kalian harus menunggu diluar..” ujar seorang wanita berpakaian putih polos dengan sebuah tanda pengenal yang terhias rapi dipakaiannya. Dr. Kwon Yuri.
“Selamatkan dia, Noona..” Pinta Minho pada wanita itu. Minho dan wanita yang disebutnya ‘Noona’ itu sudah saling mengenal.
“Aku akan berusaha.” Wanita itu segera masuk kedalam ruangan. Minho mengangguk, ada perasaan khawatir dan bersalah dalam dirinya karena melihat Sulli seperti itu.
“Andai saja, aku mengikutinya lebih awal..” gumam Minho, menahan kekesalan pada dirinya sendiri.
“Eotteokkhae?? Sulli-ah.. hiks.. hiks..” Luna menangis melihat keadaan Sulli yang terbaring lemah seperti tak bernyawa dan akan ditemani peralatan-peralatan menyeramkan didalam sana. Luna sangat tidak menyukai suntikan atau semacamnya. Membayangkan alat-alat itu menyentuh tubuh Sulli saja, ia tidak rela. Ia tidak ingin Sulli merasakan kesakitan sedikitpun.
Minho menepuk-nepuk pelan pundak Luna untuk menenangkannya dan mengatakan Sulli akan baik-baik saja.
“Hyung!!!” Taemin berlari dari arah depan menghampiri Minho dan Luna.
“Maaf, aku baru membaca pesanmu. Apa yang terjadi dengan Sulli??” tanya Taemin ikut merasa khawatir.
“Aku tidak tahu. Aku menemukannya didalam gudang sendirian.”
“Apa dia pingsan??” Taemin bertanya lagi.
“Entahlah.. dia terbaring kaku dilantai dan aku hanya menemukan ini..” Minho menyerahkan botol minuman bersoda pada Taemin.
“Ini.. bau alkohol.”
“MWO??” Minho terkejut melihat botol yang digenggam Taemin.
“Hyung, apa benar-benar tidak ada orang disana?”
Minho mengangguk..
“Ini aneh! Tidak mungkin Sulli seperti itu!”
“Eoh, aku tahu itu! Ada yang janggal disini.” Minho menambahi.
“Apa mungkin, ada yang sengaja melakukan ini pada Sulli??” pertanyaan Taemin menghentikan tangisan Luna. “Tapi, siapa??” lanjut taemin. Luna dengan cepat menghapus air matanya.
“Aku tahu harus bertanya pada siapa!” Luna bergegas pergi tapi Minho mencegahnya.
“Kau mau kemana?”
“Kemana lagi? Apa aku harus mengatakannya?? Kau sudah tahu maksudku!”
“Apa kau punya bukti? Kau hanya akan mempermalukan dirimu sendiri kalau kau pergi kesana!” Ucap Minho.
“Bukankah buktinya sudah ada?? Kau bisa lihat sendiri, kan??” Luna mendorong tubuh Minho yang menghalangi jalannya.
“Jangan gegabah, Luna-ssi! Kita belum bisa memastikan kebenarannya.” Minho menahan tangan Luna.
“Apa kau berpihak pada mereka sekarang, eoh?? Kau lihat Sulli sekarang, apa dia terlihat baik-baik saja??!!!” Luna memarahi Minho.
“Tapi kalau kau pergi sekarang-“
“CUKUP!! Jangan halangi aku!!!!” Luna melepaskan tangan Minho yang memegang tangannya.
“DIA MEMBUTUHKANMU!!” Minho berteriak saat Luna membelakangi dan hendak pergi. Ucapan Minho membuat Luna menghentikan langkahnya.
“Sulli membutuhkanmu, Luna-ssi!!”
Luna tercengang mendengarnya. Minho benar, saat ini yang dibutuhkan Sulli adalah dirinya. Luna sudah berjanji akan selalu menjaga Sulli seperti adik kandungnya sendiri.
“Ah, sial!” Luna meremas-remas rambutnya. “Lihat saja, jika terjadi apa-apa pada Sulli, aku tidak akan membiakan mereka hidup dengan tenang!!” lirihnya lantang dalam satu napas.
“Panggilan Masuk”
“Yeoboseyo??” Minho menjawab panggilan masuk dari I-phone milik Sulli yang ia temukan digudang.
“Key??” ucap Minho saat mendengar jawaban dari seseorang diseberang telpon. Luna meminta Minho menyerahkan I-Phone itu padanya.
“YA! Kim Kibum! Eodiga, eoh?? Aku perlu bicara denganmu!” ucap Luna sambil menutup telponnya.
***
Didekat tempat parkiran..
“MWO?? Kau bilang kau tidak pergi menemui Sulli digudang??” Luna terkejut mendengar pengakuan Key.
“Aku benar-benar tidak menemuinya, aku berani bersumpah!”
“Lalu bagaimana kau bisa menjelaskan ini, eoh??” Luna memperlihatkan sebuah pesan singkat dari I-Phone milik Sulli sekitar 2 jam lebih yang lalu.
“Mwoya? Aku tidak pernah mengirimkan pesan ini untuknya.” Key mengatakan hal yang sebenarnya.
Luna menghembuskan napasnya. Ia membelakangi Key. “Aiisshhh.. sudah kuduga.” Ucapnya.
“Mereka benar-benar.. Auhh jinjjaaa..” Luna mengepalkan tangannya. “Aku sudah tidak tahan lagi. Akan kubunuh mereka semua!!” Luna ingin sekali pergi menemui Suzy dkk yang ia curigai telah melakukan semua ini pada Sulli. Tapi sekali lagi ia mencoba untuk mengurungkan niatnya itu sampai Sulli sadar.
“Tapi, Sulli kenapa?? Kenapa dia bisa masuk Rumah sakit??” tanya Key membuyarkan lamunan Luna.
“Ikut aku!” ucap Luna.
—
“KREEEKK”
Pintu salah satu kamar yang menangani Sulli terbuka secara perlahan. Minho berdiri mendekati pintu itu.
“Bagaimana keadaanya, Noona?” tanya Minho pada Yuri.
“Dia baik-baik saja. Kau membawanya kemari tepat waktu. Dia sudah sadar.”
“Syukurlah. Tapi, apa yg terjadi dengannya??”
“Dugaanku dia keracunan. Tapi hal itu bisa saja tidak terjadi. Kita akan mendapatkan hasil akhir dari Lab. Untuk saat ini, Berdoalah..” ucap Yuri.
“Keracunan??” Luna datang bersama Key terkejut mendengar pernyataan Yuri.
“Kita akan memastikannya saat hasil Lab telah keluar. Saya permisi..” ucap Yuri bergegas keruangan kerjanya.
30 menit berlalu..
“Minho-ssi, bisa datang keruanganku??” ujar Yuri.
“Eoh, arraseo.”
Minho masuk kedalam ruangan kerja Yuri.
“Hasil Lab’nya telah keluar. Sulli positif keracunan. Ini hasil pemeriksaannya.” Yuri meletakan sebuah kertas dihadapan Minho. Minho terkejut membacanya.
“Tapi keadaannya sudah lebih baik sekarang. Aku sudah menetralisir racun yang masuk dalam organ pencernaannya.” Lanjut Yuri. *Author sok tahu soal beginian* #abaikan
“Eoh.. Aku mengerti..” ucap Minho.
“Tapi, apa kau tahu Sulli sering mengkonsumsi sejenis pil??”
“Pil?? Apa maksudmu??” tanya Minho tidak mengerti.
“Hasil pemeriksaan menunjukannya. Pil pelangsing bisa membuat orang kecanduan dan efeknya sering muntah-muntah. Bisa dikatakan keracunan.”
“MWO?? Pil pelangsing??”
“Benar. Waeyo? Mollayo??” tanya Yuri keheranan.
“Ani.. saat aku menemukannya digudang, aku hanya menemukan minuman bersoda disampingnya. Taemin mengatakannya padaku, minuman itu mengandung alkohol.”
“Minuman beralkohol??” tanya Yuri bingung.
“Nde.. aku membawa minuman itu.”
“Tapi… hasil Lab tidak menemukan cairan alkohol atau sejenisnya itu dalam tubuh Sulli.”
Minho mengeryitkan dahinya. “Benarkah??” Yuri mengangguk.
“Bersiap-siaplah. Sulli sudah bisa kembali hari ini.. Jangan lupa, beritahu aku kalau Sulli memperlihatkan keluhan pada perutnya. Saat itu juga, Sulli akan memuntahkan sisa racunnya.” lanjut Yuri.
“Nde.. Gomawo, Noona.”
***
“Bagaimana? Apa Sulli baik-baik saja? Apa yang terjadi dengannya??” tanya Luna yang sangat mencemaskan Sulli.
“Bagaimana hasil pemeriksaannya, Hyung??” Taemin ikut bertanya.
“Dia baik-baik saja.. kata Noona, Sulli bisa kembali kerumah hari ini.” jawab Minho. Semua orang merasa lega mendengarnya.
“Aku ingin melihatnya.” Lanjut Minho.
“Masuklah dan awasi namja itu..” Taemin berbisik pelan.
“Namja itu? Maksudmu??”
“Entahlah.. aku tidak tahu namanya..” lanjut Taemin mengangkat kedua bahunya.
“Key?” Gumam Minho.”
“Apa yang kau tunggu, Hyung?? Masuklah..” Taemin mendorong bahu Minho masuk kedalam ruangan.
“Tunggu sebentar. Luna-ssi, kau ingin masuk?” Minho bartanya pada Luna.
“Eoh.. tapi aku ingin membeli makanan untuknya lebih dulu.”
“Baiklah..” ucap Minho.
“Permisi.. bisakah kami masuk?” ucap Taemin pada Sulli dan namja yang duduk disisi ranjang tempat Sulli berbaring.
“Eoh.. Temin-ah.” Ucap Sulli senang melihat Taemin. Ia tersenyum dan beralih pandang menatap orang disamping Taemin, yaitu Minho. “Kau ada disini..” lirih Sulli. Minho mengangguk. Minho dan Taemin berjalan mendekat.
“Mereka siapa, Sulli-ah??” namja yang duduk disisi ranjang tempat Sulli berbaring tiba-tiba bersuara. Minho terkejut melihat namja itu. Karena namja itu bukan Key. Lalu, siapa dia??
“Mereka temanku.. ani, sekarang mereka adalah keluargaku.” Jawab Sulli.
“Kalian berdua, kenalkan ini teman lamaku. Namanya Kai.” Lanjut Sulli.
“Aku Kai. Senang berjumpa dengan kalian.” Ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
“Aku Minho. Dan ini adikku, Taemin..”
“Eoh.. annyeong haseyo..” ucap Taemin padanya.
“Kai ini adalah seorang bintang. Dulu, dia mantan pemain bisbol yang dikontrak oleh L.A. Dan sekarang dia adalah penulis novel terlaris sekaligus pengusaha termuda didaerah Busan. Kini Seoul ada dalam genggamannya.” Sulli memperkenalkan Kai dihadapan Minho dan Taemin dengan senyumnya yang ceria tanpa mempedulikan apa yang telah terjadi padanya 3 jam yg lalu. Minho menatap lekat wajah Sulli yang menikmati perbincangan ini.
“Jeongmal??” Taemin tidak percaya apa yang dikatakan Sulli mengenai sosok Kai. Taemin bahkan membentuk mulutnya seperti huruf O. Sulli mengangguk sebagai tanda mengiyakan. Dia tertawa renyah melihat sikap Taemin seperti itu.
“Kau.. baik-baik saja??” tiba-tiba kalimat itu keluar dari mulut Minho sehingga membuat Sulli menghentikan tawanya.
“Nde? Aaahh, eoh.. Aku baik-baik saja..”
“Kau bisa kembali hari ini. Bersiaplah.” Ucap Minho dengan sikap dingin yang selalu menjadi kebiasaannya. Minho berbalik keluar dari ruangan diikuti Taemin.
Sulli heran sekaligus kesal melihat tingkah Minho seperti itu. “Dia memang berbeda..” gumamnya sambil berdesis kesal.
“Dia pacarmu??” tanya Kai tiba-tiba. Spontak Sulli terkejut.
“MWO??”
“Hey.. aku hanya bertanya. Kenapa ekspresimu seperti itu, eoh?” Kai menertawakan Sulli.
“Kau..” Sulli memukul bahu Kai karena Kai masih menertawakannya. “Hentikan itu!” ucap Sulli.
“Ah, arraseo!” Kai membungkam mulutnya.
Pesan Masuk
Dari Park Luna :
Mian Sulli-ah, aku tidak melihat keadaanmu saat kau telah sadar. Aku ada urusan sebentar. Jaga kesehatanmu dan atur pola makanmu itu. Kau tau, aku sangat mengkhawatirkanmu. Aku sudah membeli porsi makanan yang disarankan dokter untukmu. Besok akan kuberikan padamu. Bersikaplah baik pada namja bermata bulat itu. Jangan lupa untuk berterimakasih padanya.
“Dia jahat. Apa yg menjadi urusannya saat ini?” Sulli memanyunkan bibirnya setelah memebaca pesan dari Luna.
“Dia siapa??”
“Park Luna. Gadis yg pernah kuceritakan padamu musim panas yang lalu.”
—
“Waeyo, Hyung? Apa yang salah denganmu?” tanya Taemin diluar ruangan kamar yang menangani Sulli.
“Wae?? Aku kenapa??” Minho balik bertanya.
“Kau hanya mengatakan, ‘Kau baik-baik saja?’ padanya, lalu pergi begitu saja. Kau aneh..”
“Apa yang salah dengan kalimat itu, eoh?? Lalu, menurutmu apa yang harus kukatakan??” Minho mnegoceh didepan adiknya.
“Hahahahahaha..” Taemin tertawa lebar. Minho menatapnya heran. “Kurasa, seseorang sedang kesal disini.” Lanjut Taemin menggoda Minho.
“Mwo?? YA! Apa maksud ucapanmu itu? Kesal??!”
“Ani.. lebih tepatnya CEMBURU.” Taemin membuat penekanan pada kalimatnya sehingga membuat Minho menatapnya dengan kilatan matanya yang tajam.
“Aku sedang tidak ingin bermain denganmu. Pergilah dari hadapanku!” ucap Minho terkesan menyeramkan. Taemin bergidik ngeri, tatapan Hyung’nya itu seakan ingin menghancurkan tulang-tulang rusuknya.
“A..aku hanya bercanda, Hyung.” Ucap Taemin menurunkan kepalanya.
“Hey.. kalian masih disini? Kupikir sudah pergi..” Sulli yang baru saja keluar dari ruangannya mendapati Minho dan Taemin dihadapannya. Minho menyipitkan matanya melihat Kai merangkul Sulli.
“Eoh! Sulli-ah..kami menunggumu..” ucap Taemin. “Sini, biar kubawakan barangmu.” Lanjutnya.
“Ah, Gomawo. Maaf telah merepotkan kalian.” Ucap Sulli.
“Gwaencahana..” lanjut Taemin.
“Kajja..” Minho berbalik.
“Arraseo. Kai, terimakasih kau datang menjengukku. Aku pergi dulu.”
“Jangan sungkan, Sulli-ah. Hubungi saja aku jika kau memerlukan bantuanku.” Ucap Kai.
“Baiklah. Sampai jumpa..” Sulli tersenyum meninggalkan Kai.
***
“Kita sampai, Sulli-ah..” Taemin yang pertama membuka pintu mobil yang mereka tumpangi.
Minho turun dari mobil diikuti Sulli. Taemin mendekati Minho.
“Hyung, bantu Sulli berjalan.” Bisik Taemin.
“Aku tahu. Pergilah dari hadapanku!” ucap Minho dingin. Minho mendorong bahu Taemin. Dan Temin menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Hyung’nya itu.
“Fuh.. dia aneh dan… menyeramkan” ujar Temin mengelap keringatnya.
Sulli ditemani Minho masuk kedalam rumah. Minho menggerakkan tangannya untuk membantu Sulli berjalan.
“Maaf merepotkanmu..” ucap Sulli. Minho diam seperti patung, pandangannya lurus kedepan. Sulli bingung dibuatnya.
Mereka kini sedang menaiki anak tangga menuju kamar Sulli dilantai atas. Sejauh itu, mereka diam satu sama lain.
“Terimakasih..” ucap Sulli singkat. Minho mengangguk tanpa menatap Sulli.
“Baiklah, aku masuk..” lanjut Sulli sembari menempatkan tangannya diatas gagang pintu. Tapi-
“Mengenai kejadian disekolah.. kau ingat sesuatu?” Minho akhirnya membuka suara.
“Nde?” Sulli mengangkat keningnya. “Aaah, maksudmu kejadian digudang?”
“Benar. Apa kau ingat kejadiannya?” tanya Minho lagi.
“Aku masuk kedalam gudang, tapi tiba-tiba seseorang menutupi hidungku dengan kain tebal dan bersamaan aku mencium bau yang… ah, bau yang membuatku pusing.”
“Seseorang? Nugu??”
“Entahlah. Tidak begitu jelas aku melihat wajahnya..” Sulli menceritakan apa yang dialaminya. Minho mendengarkan dengan intens.
“Dia hanya membisikan sesuatu dan aku tidak ingat apa yang terjadi selanjutnya.” Lanjut Sulli.
“Dia yeoja?” tanya Minho.
“Aku rasa tidak. Karena dia memakai celana panjang dan sepatu sport hitam.”
“Siapa dia?” batin Minho.
“Apa kau tahu apa yang terjadi denganku?” Sulli membuyarkan lamunan Minho.
“Kau keracunan.” Jawab Minho.
“Mwoo??!”
“Apa yang ada dalam otakmu itu, eoh? Apa kau ini robot?” Minho menunjukan perhatiannya pada Sulli tapi sedikit berbeda sehingga Sulli salah paham, Sulli kesal Minho sering membentaknya.
“MWO?? Robot??”
“Kenapa kau mengkonsumsi pil pelangsing?” Minho kembali bertanya.
“Pil pelangsing?? Naega??” Sulli tidak percaya karena dia sama sekali tidak mengerti.
“Hasil Lab menunjukannya. Lihatlah!” Minho menyerahkan sebuah kertas dari dalam saku celananya.
“Positif Keracunan akibat mengkonsumsi Pil pelangsing??” Mata Sulli membelalak saat membaca hasil Pemeriksaannya.
“Ige Mwoya?? Aku sama sekali tidak pernah mengkonsumsi Pil semacam itu, melihatnya saja aku belum pernah.” Lanjut Sulli.
“Sudah kuduga, ada yang ingin mencelakai Sulli.” Batin Minho.
“Lupakanlah, kupikir kau ingin istrahat. Masuklah..” ucap Minho sembari berbalik.
“Changkaman..” sergah Sulli. Minho kembali berbali menghadapnya.
“Bagaimana kau bisa menemukanku didalam gudang?” tanya Sulli tiba-tiba. Minho refleks mengubah ekspresinya. Ia memutar bola matanya kesegala arah, seakan menghindari tatapan Sulli.
“Aku .. aku sedang mencari sesuatu disana..” elaknya.
“Eoh??” Sulli masih penasaran.
“Aku … kehilangan buku bacaanku saat membersihkan gudang sehari yang lalu.” Minho berbohong.
“Lalu?” tanya Sulli menyelidik, menaruh curiga pada Minho.
“Lalu apa maksudmu itu?? Aku menemukanmu terbaring disana dan membawamu kerumah sakit.”
Sulli berhenti menatap Minho dengan serius, kali ini wajahnya terlihat bingung.
“Kau yang membawaku kerumah sakit?” tanya Sulli sambil mengerutkan dahinya.
“Benar. Aku menggendongmu seharian ini.” keluh Minho.
SULLI POV’S
“Maldo andwae!” lirihku sambil menatap Minho aneh. Ada yang salah disini.
“Wae??” tanya Minho padaku. Aku menurunkan pandanganku.
“Aku tidak melihatmu saat itu.”
“Saat itu? Maksudmu??” Dia bertanya lagi. Aku bingung harus menjelaskannya.
“Kau bilang kau menggendongku dan membawaku kerumah sakit??” Aku bertanya untuk memastikannya sekali lagi. Karena ini tidak bisa diterima oleh akalku.
“Apa kau menganggapku sedang membohongimu??”
“Ani, bukan begitu maksudku.” Tangkasku.
“Lalu apa??”
“A.. aniya! Bukan apa-apa. Mungkin aku hanya berhalusinasi. Keke~” Ujarku.
“YA! Kau membuatku gila! Apa kau tau aku sangat mencemaskanmu, eoh?? Arra?”
“Mwo?” Aku terkejut mendengarnya. Dia mencemaskan aku?
“Aku minta maaf sudah merepotkanmu. Tapi.. kenapa kau mencemaskanku?”
“Wae? Apa aku tidak boleh mencemaskanmu??”
Aku tercengang mendengarnya. Diam menatapnya keheranan. “Apa maksud ucapannya itu?” batinku. Kami mematung entah berapa lama.
—
Aku masuk kedalam kamar dan mengunci pintunya dengan rapat. Kutatap cahaya lampu yg menerangi ruangan kamar sembari duduk membelakangi daun pintu. Perlahan kuangkat jemari ini menyentuh bagian dadaku, merasakan getaran yang berpacu cepat disana.
“Apa yang kupikirkan? Apa yang salah denganku??”
“Ah, lupakan!” Aku berusaha mengendalikan pikiranku.
Tunggu… tiba-tiba aku memikirkan kejadian saat digudang itu. Aku merasa ada yang mengangkat tubuhku, lalu… ah benar. Wajah itu, aku masih bisa mengingat wajahnya. Tapi..
“Aku menemukanmu terbaring disana dan membawamu kerumah sakit.”
“Kau yang membawaku kerumah sakit?”
“Benar. Aku menggendongmu seharian ini.”
Minho mengatakan, dialah yang membawaku kerumah sakit. Tapi, aku tidak melihat Minho saat itu. Aku tahu, aku sedang dipengaruhi bau menyengat itu namun tidak bisa memungkiri hal ini. Aku yakin melihat wajahnya. Tapi dia bukan Minho.
Apa Minho berbohong?
“Ah, kepalaku sakit. Sepertinya aku mengantuk.” Keluhku.
Aku menghempaskan tubuhku diatas ranjang, sejenak melupakan hal yang baru saja kualami seharian ini.
***
Pukul 7 malam waktu Korea Selatan
AUTHOR POV’S
“Terimakasih atas makanannya..” ucap Sulli setelah selesai menyantap hidangan malam bersama Minho dan Taemin.
“Kau menikmatinya?” tanya Taemin.
“Ya, makanan buatanmu lezat.” Lanjut Sulli.
“Keke~ ini yang memasak, Minho hyung.” Taemin mengedipkan matanya.
“Aaah, Jinjja?” Sulli beralih pandang menatap Minho. Tapi Minho sibuk menata piring dan gelas diatas meja.
Minho berdiri lalu mencuci piring-piring kotor itu sendiri. Taemin beranjak keruangan tengah untuk menyalakan TV . Sulli yang masih duduk dimeja makan berjalan mendekati Minho.
“Butuh bantuanku??” tanya Sulli.
“Tidak perlu, kau istrahatlah..” jawab Minho.
“Ah, tapi dimana Aikhamika?? Aku belum melihatnya sejak tadi.”
“Dia menginap disekolah bersama teman-temannya untuk mempersiapkan kegiatan Camping besok pagi.” Jawab Minho.
“Aaah~ begitu.”
“Sulli-ah, kemari. Kau harus lihat ini!” teriak Taemin dari ruangan TV yang berjarak sangat dekat dengan dapur.
“Apa ??” Sulli penasaran menghampiri Taemin.
“Sekolahmu diberitakan hari ini. Dreaming Art Senior High School benar-benar sekolah impian.”
“Aaah~ mereka (wartawan) datang kemarin dan mengambil gambar sekolah kami.” Ucap Sulli.
“Kau ahli dibidang apa? Tarik suara? Dance? Seniman?” tanya Taemin. Sulli merasa lidahnya bergetar mendengar pertanyaan Taemin.
“Aku… hanya seorang siswa biasa..” lirih Sulli sambil memandang bangunan sekolahnya dari TV. Ia tersenyum kecil. Minho mendengar ucapannya dari dapur.
“Maksudmu??” tanya Taemin.
“Lupakan.. ah, perutku..” rintih Sulli sambil meremas-remas perutnya.
“Kau kenapa??” tanya Taemin. Minho dengan cepat mendekati Sulli.
“Kau baik-baik saja??” tanya Minho.
“Aku bisa menggunakan bathroom mu??” tanya Sulli.
“Eoh, lewat sini.” Minho membantu Sulli berjalan. Taemin membantu membukakan pintu kamar Minho.
“Kau merasa mual?” tanya Minho. Sulli mengangguk.
“Bisa tunggu aku diluar??”
“Arraseo.” Jawab Minho.
—
10 menit kemudian..
“Ah, leganya..” Sulli keluar dari bathroom. Ia menepuk-nepuk perutnya.
“Ah, mengagetkanku saja.” Didinding sisi kananya, ia melihat sebuah lukisan besar. Lukisan seorang pemuda berbalut jubah hitam yang sedang memegang pedang ditangan kirinya.
“Ini ruangan kamar Choi Minho.” Ujarnya sembari melihat-lihat sekitarnya. Sulli sadar, ia sedang berada didalam kamar Minho sekarang.
Sulli berjalan pelan melihat-lihat pajangan foto disisi ranjang besar milik Minho. Ada foto saat Minho bersama teman-temannya dari sekolah lama, ada foto saat Minho memegang piala perlombaan, dan ada foto masa kecilnya. Mata Sulli tertuju pada foto anak kecil yang sedang memakai topi.
“Wajah ini..” lirih Sulli masih menatap lekat foto itu. “Aku rasa pernah melihatnya.”
Sulli menyentuh kepalanya yang terasa pusing. Ia memerjamkan matanya.
“Tidak mungkin. Dia yang kulihat kemarin. Dialah yang menggendongku.” Ucap Sulli merasa semua ini musthail. “Apakah anak sekecil ini bisa mengangkat tubuhku yang jauh lebih besar darinya??”
“Aku menggendongmu seharian ini.”
Kalimat itu muncul membayangi Sulli. Minho yang mengatakannya.
“Oh, Tuhan! Apa arti semua ini??” Sulli meremas-remas rambutnya. Tanpa berpikir lagi, Sulli keluar dari kamar itu dan mencari Minho.
“Kau sudah baikan?” tanya Taemin yang menunggui Sulli.
“Minho dimana??”
“Dia pergi keluar untuk membelikanmu obat sakit perut. Ada apa??” tanya Taemin. Tapi Sulli berlari kecil melewati pintu depan.
“Kau mau kemana??” Teriakan Taemin tidak dapat didengar oleh Sulli karena Sulli sudah jauh dari pandangannya.
***
Sulli kelelahan mencari Minho, keringatnya bercucuran. Ia mengatur napasnya dan duduk sejenak di halte Bis.
“Apa yang kau lakukan disini??” Suara berat itu mengalihkan pandangan Sulli.
“Minho??” Gumamnya.
“YA! Aku tanya sedang apa kau disini?? Kau ingin masuk Rumah sakit lagi, eoh??” Minho mencemaskan keadaan Sulli. Namun Sulli hanya diam dan mulai berdiri dari duduknya.
“Kau sedang menunggui seseorang??” tanya Minho. Tapi Sulli tak menggubrisnya. Mata Sulli terikat untuk menatap mata bulat Minho.
“Kalau ingin keluar, kau harus meminta izinku lebih dulu.” Lanjut Minho. “Kau dengar aku??”
Sulli berjalan mendekati Minho tanpa berhenti menatapnya. Minho keheranan.
“Apa… kita saling mengenal sebelumnya?” tanya Sulli tiba-tiba.
“Mwo?”
“Apa… kau mengenalku sebelumnya??” lirih Sulli.
TBC..
Para Readersku tercinta, mohon maaf kalian sudah menunggu terlalu lama..
Besok tanggal 14 April. Besok juga saya harus mengikuti UN,
Mohon doanya kawan.
Saya berusaha untuk memenuhi janji saya agar kalian tidak kecewa.
Di Part ini, saya harap ada komentar kalian yang bisa menyemangati saya.
Saya juga mengharapkan kritikkan dan saran.
Gomawo~